"Bentrokan di Sudan telah menewaskan 413 orang, dan 3.551 lainnya terluka," kata Juru Bicara WHO Margaret Harris kepada wartawan selama konferensi pers di Jenewa, seperti ditayangkan televisi
Al Arabiya.Jumlah tersebut berbeda dengan yang disampaikan Menteri Kesehatan Sudan Haitham Muhammed Ibrahim sehari sebelumnya, yang mengatakan bahwa menurut informasinya, lebih dari 600 orang telah tewas di negara Afrika utara itu sejak bentrokan meletus pada 15 April.
Sementara, Persatuan Dokter Sudan mengatakan 70 persen rumah sakit tidak berfungsi di daerah tempat pertempuran terjadi.
Idulfitri di Sudan yang dirayakan pada Jumat (21/4) ternyata tidak menghentikan bentrokan yang sedang berlangsung antara unit tentara dan pasukan paramiliter.
Tak satu pun dari kedua belah pihak yang menghormati seruan gencatan senjata yang disuarakan banyak negara Arab dan komunitas internasional.
Angkatan Darat dan RSF saling menyalahkan atas penembakan, pemboman, dan serangan yang terus berlanjut di daerah pemukiman di ibu kota, Khartoum. Akses ke internet dan jaringan seluler dilaporkan terhambat di kota tersebut.
Pada Kamis malam, RSF menyetujui gencatan senjata dengan tentara Sudan selama perayaan Idulfitri, yang dimediasi oleh Mesir, UEA, dan Arab Saudi.
Juru bicara RSF meyakinkan bahwa pasukan tersebut "tidak memiliki preferensi ideologis atau politik, dan hanya bertindak untuk kepentingan negara".
Sementara itu, Angkatan Bersenjata Sudan mengatakan bahwa mereka tidak akan mematuhi gencatan senjata, mengklaim bahwa RSF telah menyatakannya secara sepihak.
BERITA TERKAIT: