Kantor kepresidenan Turki menyebut, sekitar tujuh puluh negara dan 14 organisasi internasional telah menawarkan bantuan kepada Turki termasuk Amerika Serikat, Inggris, dan UEA. Di waktu yang sama, sukarelawan Helm Putih di Provinsi Idlib, Suriah, terlihat putus asa karena kurangnya tenaga dan peralatan untuk membantu mencari korban yang terhimpit.
Suriah telah sangat kelelahan dengan serangan udara dan peperangan yang mendominasi hari-hari negara itu. Bencana gempa Senin menambah penderitaan negara yang terletak di Asia Barat yang berbatasan dengan Turki di utara, Irak di timur, tenggara, Yordania di selatan, serta Israel, Palestina, dan Lebanon di barat daya.
Hari keempat setelah gempa berkekuatan 7,8 SR yang mengguncang Turki dan Suriah, masih banyak orang yang terjebak di antara reruntuhan gedung di barat laut Suriah yang dikuasai oposisi.
Minimnya bantuan yang datang membuat sukarelawan kesulitan melakukan penyelamatan dengan segera. Seringkali mereka menggali dengan tangan kosong.
“Ratusan orang masih berada di bawah reruntuhan, tapi kami tidak memiliki peralatan yang cukup untuk mengeluarkan mereka,†kata seorang sukarelawan Helm Putih, kepada
Aljazeera. Belum lagi udara dingin dengan suhu di bawah titik beku serta hujan, membuat upaya pertolongan semakin sulit.
Para penyintas berkemah di jalan-jalan atau bergabung dengan perkemahan tenda di mana sumber daya sudah menipis sebelum gempa.
Beberapa wilayah Suriah yang paling terkena dampak gempa dikendalikan oleh pemerintahan Presiden Bashar al-Assad, sementara wilayah lainya dikuasai oleh pasukan oposisi yang didukung Turki dan didukung AS, pemberontak Kurdi, dan pejuang Islam Sunni.
Pemerintahan Assad, telah dikucilkan secara internasional dengan puluhan sanksi berat yang dikenakan sebagai hukuman karena penindasan terhadap pemberontakan yang dimulai pada 2011, membuat pengiriman bantuan menjadi sangat sulit.
Sementara di Suriah barat laut, yang masih berada di luar kendali al-Assad setelah lebih dari satu dekade perang, pengiriman bantuan tetap bermasalah.
“Tidak ada yang menghubungi kami untuk menawarkan bantuan,†kata sukarelawan Helm Putih.
Suriah barat laut telah menjadi salah satu tempat tersulit untuk dijangkau, dengan hanya satu penyeberangan yang tersedia untuk mengangkut bantuan dari Turki ke daerah-daerah yang dikuasai oposisi.
Pemerintah Suriah pada Rabu pagi telah mendirikan lebih dari seratus tempat penampungan yang dilengkapi dengan pasokan bantuan bagi mereka yang terkena dampak gempa di seluruh wilayah yang dikuasai pemerintah, termasuk di kota Aleppo, Hama, Homs, Tartus dan Latakia, sebuah kota pesisir yang memiliki jumlah kematian gempa tertinggi sejauh ini.
Beberapa pengamat memperingatkan bahwa korban Suriah dapat menjadi sandera politik yang telah memecah belah Suriah selama lebih dari satu dekade.
Setelah gempa bumi yang semakin membuat Suriah terpuruk, beberapa negara meningkatkan seruannya untuk menghapus sanksi ekonomi AS dan UE.
Pengiriman bantuan untuk Suriah sebenarnya bisa melintasi perbatasan Turki di persimpangan Bab al-Hawa yang didirikan pada tahun 2014. Itu adalah satu-satunya akses PBB untuk dapat menjangkau warga sipil tanpa melewati wilayah yang dikendalikan oleh pasukan pemerintah Suriah. Namun, hingga Rabu sore waktu setempat, bantuan yang dibutuhkan sangat minim terlihat.
BERITA TERKAIT: