Berbicara selama konferensi pers di ibukota Lima pada Selasa (24/1), Boluarte mencatat aksi demonstrasi yang kerap diwarnai bentrokan dan kekerasan itu telah menyebabkan kerusakan infrastruktur dan kerugian negara hingga 1,3 miliar dolar atau Rp 19 triliun.
Di samping itu, aksi demonstrasi juga sudah memakan lebih dari 50 korban jiwa.
"Saya menyerukan negara tercinta untuk gencatan senjata nasional untuk memungkinkan pembentukan dialog, memperbaiki agenda untuk setiap wilayah dan mengembangkan kota-kota kita. Saya tidak akan lelah menyerukan dialog, perdamaian dan persatuan" ujarnya, seperti dikutip
Anadolu Agency.
Atas kekacauan yang terjadi, Boluarte telah berulang kali meminta maaf. Ia juga mengatakan akan segera mundur dari jabatannya dan meyakini bahwa Kongres akan menyetujui pemilihan awal pada tahun 2024.
“Saya akan pergi begitu kita mengadakan pemilihan umum. Saya tidak berniat untuk tetap berkuasa,†kata Boluarte.
Boluarte telah mendesak pihak berwenang melakukan penyelidikan untuk mengidentifikasi mereka yang bertanggung jawab atas kekerasan dan kematian selama protes.
Menurutnya, salah satu yang dianggap harus bertanggung jawab atas insiden berdarah ini adalah mantan Presiden Pedro Castillo.
“Tuan Castillo, yang kita miliki di sini adalah negara yang berdarah karena Anda tidak bertanggung jawab," tambahnya.
Ledakan sosial yang terjadi di Peru ini sebelumnya muncul karena dipicu oleh pencopotan mantan Presiden Castillo dari jabatannya pada bulan Desember lalu, dan penangkapannya atas tuduhan pemberontakan dan konspirasi.
Protes terus terjadi di beberapa wilayah, dengan para pengunjuk rasa menuntut pembebasan mantan presidennya itu, dan mendesak Presiden Boluarte untuk turun dari jabatannya, dan melakukan pemilihan ulang.
BERITA TERKAIT: