Seperti dimuat
TRT World pada Senin (23/1), para pemuda di Distrik Artuklu pusat, Provinsi Mardin mengunjungi gereja dengan sejumlah mawar di tangan.
Mereka membagikannya kepada para pengurus gereja pada Minggu (22/1), sembari mengutuk pembakaran Al Quran dengan cara-cara yang santun.
Salah satu anak muda yang ikut dalam aksi tersebut, Ibrahim Halil Yetim, mengungkapkan bahwa sebelum melakukan aksi, rekan-rekannya memikirkan cara bereaksi yang tepat untuk mengutuk insiden itu.
Setelah berpikir bersama-sama, mereka memutuskan untuk mengikuti anjuran Nabi Muhammad dengan mengunjungi sejumlah gereja dan mengungkapkan reaksi mereka dengan cara-cara yang sesuai dengan agama Islam.
"Cara itu dapat menyadarkan kembali, bahkan mereka yang datang untuk membunuhmu," katanya.
Aksi pembakaran Al Quran yang dilakukan oleh Rasmus Paludan, pemimpin dari partai Danish Stram Kurs telah memicu reaksi luas dari masyarakat internasional, khususnya negara-negara dengan mayoritas Muslim.
Kementerian Luar Negeri Turki telah mengutuk keras tindakan provokatif yang dianggap sebagai kejahatan rasial ini dengan memanggil Duta Besar Swedia untuk Ankara, Staffan Herrstrom.
Atas insiden tersebut, negara tersebut juga telah membatalkan kunjungan Menteri Pertahanan Swedia Pal Jonson untuk menginjak negaranya.
BERITA TERKAIT: