Pembentukan unit khusus itu diumumkan oleh Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol selama rapat kabinet pada Selasa (27/12), seperti dimuat
Reuters.
Dalam pernyataannya, Yoon menyoroti aksi lima pesawat tanpa awak milik Korea Utara yang menyeberang ke Korea Selatan pada Senin (26/12).
Ia kemudian mendorong Seoul untuk mengacak jet tempur dan menyerang helikopter, dan mencoba untuk menembak jatuh mereka. Ini menjadi intrusi pertama yang dilakukan Pyongyang sejak 2017.
“Insiden itu menunjukkan kurangnya kesiapan dan pelatihan militer kita selama beberapa tahun terakhir, dan jelas menegaskan perlunya kesiapan dan pelatihan yang lebih intens,†kata Yoon
Militer melepaskan tembakan peringatan dan sekitar 100 peluru dari helikopter yang dilengkapi dengan senapan mesin, tetapi gagal menjatuhkan salah satu drone saat mereka terbang di atas beberapa kota di Korea Selatan, termasuk ibukota Seoul, selama sekitar lima jam.
Yoon kemudian menyalahkan kurangnya kesiapan oleh pendahulunya terkait dengan kebijakan terhadap Korea Utara.
“Kami telah merencanakan untuk membentuk unit drone untuk memantau dan mengintai fasilitas militer utama Korea Utara, dan sekarang akan mempercepat rencana tersebut sebanyak mungkin,†tambahnya.
Sementara itu, militer Korea Selatan telah meminta maaf atas kegagalannya menembak jatuh drone, yang katanya terlalu kecil untuk dicegat dengan mudah, berukuran sekitar 3 meter.
Militer juga mengatakan tidak dapat menyerang mereka secara agresif karena khawatir atas keselamatan warga sipil, serta berjanji untuk meningkatkan kemampuan anti-drone termasuk aset penyerang, teknologi pengacau dan radar, serta latihan pertahanan udara reguler.
BERITA TERKAIT: