Menanggapi tudingan tersebut, Putin tegas menolak dengan mengatakan bahwa Moskow mengakui kemerdekaan negara-negara pasca-Soviet.
Dalam percakapan dengan timpalannya dari Azerbaijan, Ilham Aliyev, pada Selasa (23/2), Putin mengatakan ia telah mengantisipasi reaksi Barat atas keputusannya untuk secara resmi mengakui kemerdekaan republik Donetsk dan Luhansk, dan menegaskan bahwa kembalinya Kekaisaran Rusia tidak akan terjadi.
“Saya ingin segera mengatakan: kita melihat dan meramalkan spekulasi tentang topik ini bahwa Rusia akan memulihkan kekaisaran di dalam perbatasan kekaisaran yang sama. Ini sama sekali tidak benar,†kata Putin kepada Aliyev, seperti dikutip dari
RT, Rabu (23/2).
Putin menekankan bahwa, alih-alih berusaha untuk menjajah kembali wilayah-wilayah yang sebelumnya berada di bawah kendali Moskow, pemerintahannya justru mengakui semua realitas geopolitik baru dalam upaya untuk bekerja sama dengan negara-negara merdeka yang telah muncul sejak jatuhnya Uni Soviet.
“Bahkan dalam situasi yang sangat akut, kami selalu bertindak dengan sangat hati-hati,†katanya, mengacu pada perlakuan Rusia terhadap masalah kedaulatan negara.
Barat menuduh Rusia termotivasi secara imperialistik setelah Putin memilih mengakui kedaulatan Republik Rakyat Donetsk dan Luhansk pada Senin, mengakhiri status limbo mereka di Ukraina.
Menurut duta besar AS untuk PBB, Linda Thomas-Greenfield, Putin ingin “melakukan perjalanan kembali ke masa ketika kerajaan menguasai dunia,†sesuatu yang dia tekankan akan memiliki konsekuensi “mengerikan†baik bagi Ukraina maupun di seluruh dunia.
BERITA TERKAIT: