Begitu klaim yang digaungkan oleh Kepala Pusat Epidemiologi dan Mikrobiologi Nasional Gamaleya Moskow, yang menciptakan vaksin Covid-19 Sputnik V, dan bos dana yang mendanai pengembangannya.
Merujuk pada sebuah makalah penelitian soal perbandingan yang dilakukan oleh Institut Nasional Penyakit Menular Lazzaro Spallanzani Italia dan Gamaleya Center Rusia, yang diterbitkan awal pekan ini, dijelaskan bahwa Sputnik V 2,6 kali lebih baik dalam menangani Omicron daripada vaksin buatan Barat.
Penelitian itu mengungkapkan bahwa Sputnik V telah menunjukkan pengurangan lebih dari delapan kali lipat aktivitas penetral virus terhadap jenis virus corona super-mutan baru, berbeda dengan penurunan 21,4 kali lipat untuk vaksin Pfizer.
Makalah penelitian itu juga mengatakan bahwa Sputnik Light, versi lain vaksin Covid-19 yang cukup disuntikkan satu kali, memberikan aktivitas penetral virus yang meningkat secara signifikan terhadap Omicron ketika digunakan sebagai
booster.
Direktur Gamaleya Center Alexander Gintsburg menjelaskan, vaksin Sputnik V dan Pfizer menawarkan perlindungan yang hampir sama kuatnya terhadap Covid-19 asli, tetapi suntikan buatan Rusia ternyata lebih efektif terhadap versi baru karena menyediakan spektrum yang lebih luas dari antibodi penetral virus untuk berbagai varian yang berubah dari virus corona yang akan terus bermunculan di masa depan.
Ia menambahkan, para ahli di balik Sputnik V telah mempertimbangkan kemungkinan mutasi virus sejak awal, dan peringatan mereka diperhitungkan dalam desain Sputnik V.
“Sementara itu, vaksin mRNA (seperti Pfizer) dikembangkan hanya untuk memberikan perlindungan yang tinggi terhadap strain Covid-19 Wuhan (asli) dan varian antigen terkait," sambungnya.
Ia menjelaskan lebih lanjut bahwa survei laboratorium, yang dilakukan oleh ahli virologi Italia dan Rusia, sangat representatif dan meyakinkan.
"Tetapi terserah pada dokter di garis depan untuk menentukannya,†tambahnya.
BERITA TERKAIT: