Begitu kata anggota Komite Keamanan Nasional dan Kebijakan Luar Negeri parlemen Iran Jalil Rahimi Jahanabadi pada Sabtu (15/1).
Ia menuliskan bahwa hubungan antara dua kekuatan regional utama sedang dihidupkan kembali dan kedutaan bersiap untuk dibuka.
“Ini memiliki implikasi penting dalam mengurangi ketegangan regional dan meningkatkan kohesi dunia Muslim,†jelasnya, seperti dikabarkan
Russia Today.
Melalui cuitan yang sama, ia juga menyerukan media dan badan-badan keamanan di seluruh dunia untuk berhati-hati terhadap kebejatan Zionis dan kebodohan para ekstremis.

Arab Saudi memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran pada 2016, setelah serangan terhadap misi negara itu di Iran, yang dipicu oleh eksekusi ulama Syiah Arab Saudi terkemuka, Nimr Baqir al-Nimr.
Ketegangan antara Iran Syiah dan Arab Saudi Sunni semakin memburuk selama perang di Yaman, di mana Riyadh campur tangan di pihak pasukan Presiden Abdrabbuh Mansur Hadi.
Terlepas dari ketegangan saat ini, Riyadh dan Teheran meluncurkan pembicaraan langsung tahun lalu, meskipun tidak menghasilkan hasil yang nyata.
Meski begitu, Kementerian Luar Negeri Iran mengumumkan pada 10 Januari bahwa putaran baru pembicaraan akan berlangsung di Irak akhir tahun ini.
BERITA TERKAIT: