Tiga hari telah berlalu sejak Modi berbicara di televisi pada Jumat (19/11) yang menyampaikan permintaan maafnya karena gagal membuat petani yakin akan UU yang justru dimaksudkan untuk kesejahteraan mereka. Apa sebenarnya yang ada di balik langkah keputusan Modi itu?
Selama berbulan-bulan, India dikepung oleh aksi protes petani yang panjang, melelahkan, dan memakan banyak korban.
Bagi banyak orang, keputusan tersebut menunjukkan bahwa pemerintah Modi telah menyerah pada kekuatan massa yang menggunakan kekerasan, yang percaya bahwa dalam menegakkan kehendak mereka bisa dengan cara aksi protes jalanan.
Pencabutan Undang Undang Pertanian, yang diberlakukan sejak September 2020 itu, sejauh ini mendapat reaksi beragam dari mereka yang berada di koridor kekuasaan.
Banyak yang percaya bahwa dengan mencabut undang-undang tersebut, Modi berharap bisa mendapatkan kembali kepercayaan para petani pada umumnya dan masyarakat Sikh pada khususnya.
"Ketika hal-hal tidak berjalan sesuai keinginan, Anda akan mengambil langkah penyelamatan yang tentunya tidak membuat lawan Anda merasa beruntung dari keputusan Anda itu. Keputusan Modi mencabut undang-undang pertanian bertujuan untuk melakukan penyelamatan itu dalam banyak cara," ujar Rahul Verma, seorang rekan dengan Pusat think tank Center for Policy Research yang berbasis di Delhi, seperti dikutip dari
BBC.
Banyak yang meragukan bahwa langkah tersebut akan banyak menguntungkan BJP dalam pemilu berikutnya.
Sejauh ini banyak yang setuju bahwa Modi mampu tampil mengesankan dan terlihat kuat. Lihat saja bagaimana ia bisa tetap tegar menghadapi dampak pandemi Covid-19 yang melemahkan dan menghancurkan India, atau permasalahan India dengan China di perbatasan.
Modi mampu melewati itu semua, menepis semua kritik dan selalu mengklaim kemenangan.
Ruben Banerjee, pengamat dan mantan pemimpin redaksi majalah Outlook yang berbasis di India mengatakan, penyerahan diri Modi pada Jumat saat mengumumkan penarikan UU Pertanian itu, adalah tanda bahwa ia menyerah menghadapi aksi protes, suatu hal yang memang membuat semua orang tercengang.
Sejauh ini, semua warga India mengenal sosok Modi yang keras yang dikenal suka menunggangi oposisi.
"Modi secara sistematis membungkam protes atas Undang-Undang Warga (Amandemen) 2019 yang, untuk pertama kalinya, menjadikan agama seseorang sebagai kriteria kewarganegaraan India. Itu juga dikritik karena berprasangka buruk terhadap Muslim," tulis Bajernee, dalam artikelnya di
TRT.Modi juga tanpa henti menindak para aktivis dan akademisi yang berbicara menentang pemerintah. Termasuk mencoba menggagalkan protes petani.
Namun, pada akhirnya, serangan pemerintah terhadap para petani menjadi sia-sia.
"Petani memiliki alasan untuk tidak bahagia, terutama karena janji Modi untuk menggandakan pendapatan mereka pada tahun 2022 terdengar semakin hampa. Statistik resmi menunjukkan bahwa pendapatan petani India telah anjlok, sekarang hanya 27 rupee atau sekitar 0,36 dolar AS per hari, sementara beban utang mereka berlipat ganda.
Ramnik Singh Mann, seorang aktivis Sikh terkemuka mengatakan bahwa keputusan Modi mungkin adalah kemenangan bagi sebagian besar para petani dan langkah mundur bagi Modi. Reformasi bagi para petani ini terjadi setelah beberapa dekade.
“Kami telah melihat revolusi industri di negara ini setelah tahun 1991, semua berkat PV Narasimha Rao, dan kami terlambat 30 tahun dalam reformasi pertanian. Kami memiliki peluang bagus untuk menghadirkan mereka sekarang," katanya.
Modi telah meminta maaf kepada masyarakat bahwa dia tidak dapat meyakinkan para petani dari manfaat undang-undang ini. Dia tidak mengatakan bahwa ada yang salah dengan undang-undang pertanian itu sendiri.
BERITA TERKAIT: