Dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada Rabu (8/9), Ghani mengaku bahwa dia terpaksa mengambil keputusan sulit tersebut karena desakan pihak keamanan.
"Saya meninggalkan Afghanistan setelah didesak pihak keamanan istana yang menyarankan saya bahwa jika saya tetap bertahan, maka akan risiko memulai hal-hal mengerikan, pertempuran di jalanan sebagaimana yang pernah dialami kota pada Perang Sipil tahun 1990an," jelas Ghani.
"Meninggalkan Kabul adalah keputusan paling sulit dalam hidup saya, tetapi saya percaya bahwa itu adalah satu-satunya cara untuk menjaga agar pistol tetap hening dan menyelamatkan Kabul serta enam juta penduduknya," sambungnya.
Ghani menyampaikan bahwa dirinya telah mengabdikan diri untuk Afghanistan sejak 20 tahun terakhir. Sehingga tidak pernah terlintas di pikirannya untuk meninggalkan warga Afghanistan.
"Saya sudah setia selama 20 tahun terakhir di hidup saya untuk membantu warga Afghanistan bekerja membangun negara yang demokratis, sejahtera dan berdaulat," kata Ghani.
"Tidak pernah ada niatan saya untuk mengabaikan warga Afghanistan atau visi tersebut," tekannya.
Ghani sempat diisukan melarikan diri ke Tajikistsn, namun belakangan dia diketahui berada di Uni Emirat Arab (UEA).
BERITA TERKAIT: