Pandemi telah menghancurkan ekonomi Mauritius yang sepenuhnya banyak bergantung dari industri wisata, di mana pantainya yang masih asli menjadi surgawi bagi para pelancong yang rela menghabiskan uangnya di sini.
Menteri Keuangan Renanaden Padayachy mengatakan bahwa pemerintahan setempat telah melakukan pemulihan agar sektor wisata bisa kembali bergerak, dan bisnis bisa berputar lagi.
"Kami telah mempersiapkan pemulihan sektor ini secara bertahap dan berkelanjutan, dengan target 650.000 wisatawan selama 12 bulan ke depan," kata Padayachi, seperti dikutip dari AFP, Kamis.
Setelah pemulihan, diperkirakan akan ada 600 wisatawan yang akan mendarat pada pekan ini dengan tiga penerbangan dari Eropa dan Dubai.
Kedatangan turis adalah hal yang sangat ditunggu-tunggu di negara kepulauan di barat daya Samudra Hindia itu.
Sopir taksi George Lepoigner mengatakan dia tidak sabar menunggu para turis mulai berbondong-bondong kembali ke pantai Mauritius yang bermandikan sinar matahari.
"Tanpa turis di negara ini, kami tidak memiliki mata uang asing yang mengalir masuk. Kami tidak memiliki dana untuk membuat kami terus berjalan," kata laki-laki 55 tahun ini.
Sebelum pandemi melanda, industri pariwisata dan perhotelan meraup sekitar 24 persen dari produk domestik bruto (PDB) dan mempekerjakan hampir seperempat tenaga kerja.
Tetapi ketika pandemi datang, ekonomi Mauritius menyusut 15 persen, sehingga negara itu sangat membutuhkan turis untuk kembali.
Namun sesungguhnya, efek pandemi tidak terbatas pada sektor pariwisata saja, tetapi juga meluas ke bidang ekonomi lain termasuk transportasi, pertanian, ritel, dan layanan pendukung.
"Mauritius tidak luput dari guncangan dan kehancuran ekonomi dengan efek riak di luar sektor itu sendiri," kata ekonom Rama Sithanen kepada AFP.
BERITA TERKAIT: