Lopez
Obrador adalah satu di antara segelintir pemimpin dunia yang hingga
kini belum mengakui kemenangan Biden atas Presiden Republik Donald
Trump, termasuk Vladimir Putin dari Rusia dan Jair Bolsonaro dari
Brasil.
Pemimpin Meksiko itu bertujuan untuk mengirim ucapan
selamat kepada Biden sehari setelah US Electoral College memberikan
suara untuk mengesahkan pemilihan pada 14 Desember mendatang, kata
sumber pemerintah, seperti dikutip dari
Reuters.
Pemungutan suara
dari Electoral College secara historis merupakan formalitas. Tahun ini
menjadi sangat penting setelah Trump dan pengacaranya berusaha untuk
membatalkan kemenangan Biden dengan klaim penipuan pemilu yang tidak
berdasar.
Hakim berkali-kali menolak klaim tersebut karena kurangnya bukti.
Sejak
menjabat dua tahun lalu, Lopez Obrador berusaha membangun hubungan yang
konstruktif dengan Trump, yang membuat marah banyak orang di Meksiko
selama kampanye presiden 2015-2016 dengan melabeli migran Meksiko
sebagai pemerkosa dan pengedar narkoba.
Sebagai presiden, tokoh
sayap kiri Meksiko itu telah berusaha keras untuk menghindari
konfrontasi dengan Trump, sangat kontras dengan saat-saat menentangnya,
ketika dia menyamakan kebijakan migrasi Amerika dengan perlakuan Adolf
Hitler terhadap orang Yahudi di Nazi Jerman.
Trump tahun lalu
mengancam akan memberlakukan tarif pada semua ekspor Meksiko jika Lopez
Obrador tidak membendung arus sebagian besar migran Amerika Tengah yang
menuju ke perbatasan AS. Sebagai tanggapan, Meksiko mengerahkan puluhan
ribu pasukan penjaga nasional ke perbatasan utara dan selatannya. Sejak
itu ketegangan politik dan penyeberangan migran berkurang.
Para
pejabat Meksiko mengatakan Lopez Obrador telah menahan diri untuk
mengakui kemenangan Biden di tengah klaim penipuan Trump untuk
menghindari kemarahan presiden AS yang akan lengser.
Biden,
mantan wakil presiden dari Partai Demokrat yang juga senator lama AS,
akan secara resmi menjabat sebagai presiden pada 20 Januari mendatang.
BERITA TERKAIT: