Sejumlah kemajuan didapatkan oleh kaum perempuan di Kuba setelah revolusi yang dipimpin oleh Fidel Castro itu berakhir pada 1959.
Hal itu dijelaskan oleh Dutabesar Kuba untuk Indonesia, Tania Velaquez Lopez dalam
RMOL World View bertajuk "How Cuba Handle the New Challenges" pada Senin (30/11).
"Sebelum revolusi, banyak perempuan tinggal di dalam rumah (sebagai ibu rumah tangga) atau diprostitusi. Karena banyak warga Amerika datang setiap minggu ke klub malam," tutur Lopez.
Namun setelah revolusi, ia menjelaskan, perempuan mendapatkan kesempatan untuk mengeyam pendidikan dan bekerja.
"Saya belajar di Hubungan Internasional tanpa membayar sepeser pun. Semua (perempuan), bukan hanya saya," lanjut dia.
Lopez juga berkisah, hanya sekitar dua atau tiga tahun setelah revolusi, ibunya dapat belajar dana akhirnya menjadi guru.
Bahkan, menurut Lopez, Kuba sudah memiliki banyak mahasiswa hingga dokter perempuan dibanding laki-laki.
Di pemerintahan Kuba saat ini, perempuan memegang sejumlah jabatan penting, di antaranya wakil presiden, menteri luar negeri, menteri perdagangan, hingga menteri keuangan.
"Saya tidak punya angkanya, tapi di parlemen kita punya banyak perempuan," sambung dia.
Selain dirinya, Lopez mengatakan, banyak juga perempuan ditugaskan sebagai dutabesar, termasuk di Vietnam, Kamboja, Austria, Srilanka, dan Amerika Latin.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: