Di sana, selama beberapa hari terakhir, mayat-mayat yang dibungkus plastik dibiarkan tergeletak di jalanan karena kamar mayat penuh.
Negara di Amerika Latin itu kewalahan. Bahkan banyak pasien Covid-19 yang tidak dirawat di rumah sakit karena penuh.
Data dari Universitas Johns Hopkins pada Kamis (2/4) sendiri menunjukkan, jumlah infeksi di Ekuador sudah mencapai 2.758 kasus dengan 98 orang meninggal dunia.
Sebanyak 60 orang meninggal dunia berada di Guayaquil, kota dengan 2,8 juta penduduk.
Namun, menurut pejabat kota yang dikutip dari
SCMP, mereka telah menemukan setidaknya 400 mayat dalam beberapa hari terakhir.
Walikota Guayaquil, Cynthia Viteri yang telah mengumumkan bahwa dirinya positif terinfeksi mengatakan pemerintah pusat harus bertanggung jawab atas mayat-mayat tersebut.
"Mereka meninggalkan mereka di desa-desa, mereka jatuh di depan rumah sakit," katanya dalam pesan video yang diunggah di Twitter kepada warga pekan lalu.
"Tidak ada yang ingin menutupinya," lanjutnya,
Mayoritas dari mayat-mayat tersebut ditemukan di jalan-jalan kumuh.
Pada Senin (30/3) di pusat kota Guayaquil, mayat seorang lelaki berbaring di trotoar di bawah selembar plastik biru.
Polisi mengatakan pria itu pingsan ketika sedang mengantri untuk memasuki sebuah toko. Beberapa jam kemudian, mayat tersebut telah dipindahkan.
Sebuah komite krisis yang dibentuk akhirnya melakukan pertemuan. Mereka bertujuan untuk menguburkan mayat-mayat yang sudah terkumpul secara massal.
Menurut seorang pengacara kota, Juan Carlos Freire, frustrasi publik meningkat.
"Orang-orang meminta beberapa pihak berwenang mengambil alih orang mati, tetapi kurangnya tanggapan berarti mereka ditinggalkan di jalan-jalan pusat Guayaquil," katanya.
Pada Selasa (31/3), Viteri mengatakan sudah ada tiga kontainer kargo berpendingin berisi mayat yang tidak diklaim.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: