Kepada Presiden Prancis, Perdana Menteri Italia menjelaskan isi pertemuannya dengan pimpinan dari kedua pihak yang saat ini bertikai di Libya, yaitu Perdana Menteri Fayez al Serraj dan Jenderal Khalifa Haftar.
Pada hari Rabu 8 Januari, PM Conte sudah lebih dulu bertemu dengan pimpinan Tentara Nasional Libya (LNA), Jenderal Khalifa Haftar, yang juga diundang untuk datang ke Palazzo Chigi, Roma.
Dalam percakapan telepon pada Sabtu sore (11/1), PM Conte dan Presiden Macron menegaskan kembali tentang pentingnya koordinasi di tingkat negara-negara Uni Eropa untuk mendukung keamanan dan stabilitas di Libya.
Sebelumnya, dalam konferensi pers seusai bertemu dengan PM Libya, Fayez al Serraj, PM Conte menyampaikan keprihatinan atas terjadinya peningkatan eskalasi di Libya.
PM Conte menyerukan agar kedua belah pihak yang saat ini bertikai di Libya segera mengakhiri konflik internal mereka.
Italia, kata PM Conte, secara linear dan secara koheren akan terus bekerja untuk membantu Libya menemukan solusi politik dalam menyelesaikan konflik mereka.
Opsi politik, lanjut PM Conte, menjadi satu-satunya perspektif yang dapat menjamin kesejahteraan dan kemakmuran bagi rakyat Libya.
"Kami tidak memiliki tujuan lain dan kami juga tidak memiliki agenda tersembunyi di Libya," tegas PM Conte.
PM Italia ini juga mengatakan, "Kami akan berusaha semakin keras agar peran dari negara-negara Uni Eropa dapat lebih besar karena Uni Eropa menawarkan jaminan maksimal bagi masa depan rakyat Libya sehingga tidak terjerumus pada kehendak aktor individu".
PM Conte juga mengungkapkan bahwa ia bekerja terus-menerus, termasuk berkoordinasi dengan Menteri Luar Negeri Italia, Luigi Di Maio agar gencatan senjata dapat segera terwujud di Libya guna mengakhiri konflik bersenjata untuk menuju terwujudnya solusi politik.
Menurut rencana, hari Senin besok (13/1), PM Italia akan berkunjung ke Turki untuk bertemu dengan Presiden, Recep Tayyip Erdogan membahas krisis di Libya.
Pekan lalu, Turki memutuskan untuk mengirimkan pasukan militer mereka ke Libya untuk mendukung Pemerintah Nasional Libya (GNA) yang diakui secara internasional.
Sebab saat ini, Pasukan GNA terkepung oleh Tentara Nasional Libya (LNA) pimpinan Jenderal Khalif Haftar.
Keterlibatan Turki dalam perang saudara di Libya inilah, yang kini menimbulkan keprihatinan pihak internasional.
BERITA TERKAIT: