Asosiasi Profesional Sudan (SPA) menilai aksi penembakan itu sudah direncanakan oleh aparat keamanan. Pasalnya, “
live ammunition†seperti proyektil dan senapan disiapkan untuk melawan pengunjuk rasa.
Unjuk rasa terjadi sehari sebelum rapat pemerintahan transisi pasca Omar al Bashir dikudeta pada 11 April lalu digelar.
Para warga dan siswa berunjuk rasa lantaran ada pengurangan bahan bakar dan roti di negara bagian Kordofan Utara. Pengurangan terjadi karena di daerah ini ada perebutan kekuasaan antara pihak oposisi dan militer.
"Kami menyerukan kepada orang-orang untuk turun ke jalan...untuk mengecam pembantaian Al-Obeid, untuk menuntut para pelaku diadili,†tegas SPA seperti yang dilansir oleh Al Jazeera, Selasa (30/7).
Sementara itu, pejabat Gubernur Kordofan Utara, Mohamed Khidr Mohamed Hamid pada
Al-Arabiya TV mengakui ada “sedikit gesekan†antara pengunjuk rasa dan pasukan keamanan.
Ia mengatakan bahwa pihaknya belum bisa mengkonfirmasi siapa yang melepaskan tembakan. Namun demikian, Hamid mengaku akan menginvestigasi kejadian tersebut.
Setelah kejadian tersebut, otoritas setempat kemudian memberlakukan jam malam. Menurut laporan dari wartawan
Al Jazeera, Hiba Morgan, keempat siswa ikut turun ke jalan untuk menuntut keadilan dan kehidupan yang lebih baik. Sebelum akhirnya mereka ditembak mati di tempat kejadian.
BERITA TERKAIT: