Â
Hal itu diutarakan oleh Presiden Taiwan Tsai Ing Wen dalam pertemuan dengan tiga
think tank asal Amerika Serikat yakni Centre for Strategic and International Studies (CSIS), The Brookings Institution Center for Scholars, dan The Woodrow Wilson International, yang disiarkan di situs resmi presiden Taiwan (Selasa, 9/4).
Â
"Amerika Serikat telah mendukung pengembangan kemampuan pertahanan Taiwan yang kami butuhkan, untuk menolak segala bentuk paksaan," jelas Tsai.
Â
"Komitmen dan dukungan ini telah dihormati oleh administrasi berturut-turut dan Kongres Amerika Serikat," sambungnya.
Â
Tsai menjabarkan, salah satu dukungan paling menonjol adalah pada Maret 1996. Ketika itu, Amerika Serikat di bawah pemerintahan Clinton mengirim dua kapal induk untuk berlayar melalui perairan dekat Taiwan.
Â
Langkah Amerika Serikat ini dimaksudkan untuk menghentikan upaya China untuk mengganggu pemilihan presiden langsung pertama Taiwan.
Â
"Pada saat bersejarah itu, Amerika Serikat berdiri bersama Taiwan, menunjukkan kepada dunia komitmennya terhadap nilai-nilai demokrasi kita bersama," sambungnya.
Â
Dia menambahkan, warga Taiwan merespons dengan cara menunjukkan kepada dunia tekad yang besar untuk menggunakan hak untuk memilih, yang merupakan proses demokrasi paling mendasar.
Â
"Ini membuktikan bahwa kami mampu bergabung dengan komunitas global negara-negara yang bebas dan demokratis," ujar Tsai.
Â
"Jadi pada tahun 1996, demokrasi kita mengambil langkah besar ke depan. Dan dua puluh tahun kemudian, Taiwan adalah salah satu negara paling bebas di dunia, dan rakyat Taiwan memilih presiden wanita pertama mereka," bebernya.
BERITA TERKAIT: