Â
Data resmi menunjukkan, dengan melonjaknya kegiatan industri di wilayah tersebut membuatnya semakin tidak mungkin untuk memenuhi target emisi musim dingin mereka.
Â
Menurut analisis
Reuters dari data polusi resmi, konsentrasi rata-rata kecil, partikel berbahaya yang dikenal sebagai PM2.5 di dua zona kontrol emisi utama China utara naik 16 persen dari tahun sebelumnya menjadi 114 mikrogram per meter kubik.
Â
"Alasan kenaikan level PM2.5 tidak sulit untuk diidentifikasi," kata Lauri Myllyvirta, analis energi dengan kelompok lingkungan Greenpeace.
Â
Dia mencatat bahwa baja, tenaga panas dan produksi semen melonjak di seluruh wilayah pada kuartal terakhir 2018.
Â
"Pengalihdayaan output industri yang berlangsung musim dingin lalu agar Beijing mencapai target kualitas udaranya dibalik pada musim dingin ini, mendorong tingkat polusi udara naik di kawasan itu sementara bagian lain negara itu telah mengalami peningkatan," tambahnya.
Â
Performa terburuk selama sebulan adalah kota batubara Linfen di provinsi Shanxi, yang memperlihatkan level PM2,5 rata-rata 174 mikrogram, naik 23 persen dari tahun sebelumnya.
Â
Sementara itu, Shijiazhuang, ibukota provinsi Hebei, wilayah pembuat baja terbesar di China, juga mengalami peningkatan emisi 30 persen menjadi 144 mikrogram.
Â
Dia menambahkan, standar kualitas udara resmi China adalah 35 mikrogram, sementara Organisasi Kesehatan Dunia merekomendasikan rata-rata tahunan tidak lebih dari 10.
[mel]
BERITA TERKAIT: