Hal itu diumumkan oleh seorang jurubicara pemerintah Jerman, Martina Fietz pada hari ini (Jumat, 4/1). Dia mengatakan bahwa anggota parlemen di parlemen federal, yang dikenal sebagai Bundestag, serta politisi di tingkat negara bagian telah terkena dampak.
Dia menambahkan bahwa tidak ada informasi sensitif dari kantor Kanselir Jerman yang telah dipublikasikan. Meski begitu, pemerintah Jerman menanggapi insiden ini dengan sangat serius.
Sementara itu, jurubicara Kementerian Dalam Negeri Jerman, Soren Schmidt mengatakan bahwa tampaknya semua pihak di Bundestag telah terpengaruh.
Schmidt menyebut, informasi pribadi yang diretas itu diterbitkan setiap hari di Twitter dalam gaya kalender kedatangan menjelang Natal. Dia menambahkan bahwa Kanselir Jerman dibuat waspada dengan kebocoran tersebut. Pusat Pertahanan Cyber ​​Nasional Jerman pun segera mengadakan pertemuan krisis pada hari ini.
"Jaringan pemerintah Jerman tidak terpengaruh tetapi kami masih menyelidiki. Kami tidak tahu dari mana asal insiden ini," tambahnya, seperti dimuat
CNN.
Peretas telah memposting informasi pribadi termasuk rincian kartu kredit, nomor telepon dan alamat email secara online.
Ini bukan pertama kalinya politisi Jerman menjadi sasaran peretasan. Pada tahun 2015 lalu, peretas pro-Rusia mengaku bertanggung jawab atas serangkaian serangan siber yang sempat meruntuhkan situs web pemerintah Jerman.
[mel]
BERITA TERKAIT: