Langkah
ini diumumkan oleh Presiden Guatemala Jimmy Morales akhir pekan
kemarin, atau dua hari setelah Amerika Serikat melakukan langkah serupa.
"Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Presiden Trump
karena telah memimpin. Keputusannya yang gagah berani telah mendorong
kita untuk melakukan yang benar," kata Morales dalam sebuah pidato di
konferensi kebijakan tahunan Komite Hubungan Masyarakat Amerika-Israel
di sebuah konferensi di Washington seperti dimuat
Reuters.
Guatemala merupakan satu dari sedikit
negara yang mendukung keputusan Presiden Amerika Serikat Donald Trump
pada bulan Desember tahun lalu untuk mengakui Yerusalem sebagai ibu kota
Israel.
Langkah Trump membalikkan kebijakan Amerika Serikat selama beberapa dekade dan menyita perhatian dunia.
Guatemaka
sendiri merupakan salah satu negara yang mendukung langkah tersebut.
DIketahui bahwa Amerika Serikat merupakan sumber bantuan penting bagi
Guatemala, dan Trump telah mengancam akan memotong bantuan keuangan ke
negara-negara yang mendukung resolusi PBB yang menentang keputusan
Amerika Serikat itu.
Sebelum tahun 1980, Guatemala dan sejumlah
negara lainnya memiliki kedutaan di Yerusalem. Namun pasca Juni 1980,
sebuah undang-undang yang menyatakan bahwa Yerusalem adalah "ibukota tak
terpisahkan dan abadi" menghasilkan sebuah resolusi Dewan Keamanan PBB
yang meminta negara-negara yang memiliki perwakilan di Yerusalem untuk
memindahkan kedutaan mereka ke Tel Aviv.
Morales mengatakan
keputusannya untuk mengembalikan kedutaan Guatemala ke Yerusalem dan
sekaligus membuktikan dukungan dan solidaritas Guatemala terhadap
orang-orang Israel.
[mel]
BERITA TERKAIT: