70 Persen Lebih Migran Dari Afrika Jadi Korban Eksploitasi

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/amelia-fitriani-1'>AMELIA FITRIANI</a>
LAPORAN: AMELIA FITRIANI
  • Selasa, 18 Oktober 2016, 18:48 WIB
70 Persen Lebih Migran Dari Afrika Jadi Korban Eksploitasi
Migran dari Afrika/The Guardian
rmol news logo Lebih dari 70 persen migran yang melakukan perjalanan dari Afrika bagian utara menuju Eropa telah menjadi korban perdagangan manusia, perdagangan organ dan eksploitasi.

Begitu laporan terbaru yang dirilis oleh Organisasi Internasional PBB untuk Migrasi atau IOM.

Dalam studi yang dilakukan, IOM menemukan bahwa hampir tiga perempat di antara migran yang tiba dengan perahu di Eropa mengaku atau menunjukkan ciri-ciri diperdagangkan atau dieksploitasi dalam perjalanan mereka.

Hampir setengah dari para migran yang diwawancarai atau sekitar 49 persen mengatakan pernah ditahan di sejumlah lokasi yang tidak mereka kehendaki.

Sebagai tebusan, mereka dipaksa bekerja tanpa bayaran. Hal itu seringkali dilakukan dengan ancaman. Sebagian mengatakan bahwa itu adalah satu-satunya cara agar bisa dibebaskan dari tawanan atau mengamankan tempat di perahu menuju Eropa.

Selain itu, studi tersebut juga mengungkapkan eksploitasi lain yang sedang berkembang di kalangan migran. Mereka menjadi korban perdagangan organ tubuh ataupun darah.

Sekitar 6 persen dari migran yang menjadi responden mengatakan bahwa mereka memiliki pengalaman dipaksa untuk memberikan darah atau organ tubuh di luar kehendak mereka atau saat ditawan. Darah dan organ tersebut digunakan sebagai pembayaran dari perjalanan menuju Eropa.

Berdasarkan studi itu juga ditemukan bahwa sebagian besar korban perdagangan manusia dan eksploitasi adalah laki-laki.

Studi juga menunjukkan bahwa semakin lama seseorang dalam perjalanan, semakin rentan mereka untuk dieksploitasi atau diperdagangkan. Sebagai contoh, imigran yang menghabiskan enam bulan atau lebih melakukan perjalanan ke Eropa tiga kali lebih mungkin untuk menjadi korban eksploitasi daripada mereka yang bisa melakukan perjalanan kurang dari dua minggu.

IOM menghabiskan 10 bulan mengumpulkan data dari lebih dari 9.000 migran. Serta mengumpulkan informasi tentang prevalensi kerja paksa dan perdagangan organ. Studi ini juga menanyakan soal pernikahan, dan dipaksa menikah, saat transit. Kurang dari 1,5 persen dari responden mengatakan mereka telah menerima tawaran menikah dengan imbalan uang sepanjang rute. [mel]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA