Diketahui bahwa anggota kelompok etnis terbesar di Ethiopia, Oromo, berkumpul di akhir pekan untuk memprotes sikap represif pemerintah otoriter. Mereka menilai bahwa pemerintah merupakan yang paling represif di Afrika.
Namun aksi protes meletus setelah polisi melemparkan batu dan menembakkan gas air mata. Hal itu memicu terjadinya aksi saling injak.
Akibat hal tersebut, sebanyak 52 orang tewas akibat terinjak-injak dan terdesak.
Merera Gudina, ketua oposisi Oromo Federalist Kongres, mengatakan bahwa ada lebih banyak korban jiwa dari jumlah resmi yang diumumkan.
"Jasad korban dikumpulkan oleh pemerintah. Tapi a[a yang saya dengar dari orang di lapangan adalah bahwa jumlah korban lebih dari 100," ujarnya.
Pada hari Senin bendera nasional sedang dikibarkan setengah tiang di instansi pemerintah dan program radio reguler digantikan dengan musik duka sebagai tanda duka bagi mereka yang tewas.
[mel]
BERITA TERKAIT: