Begitu kata laporan pekerja bantuan Médicins Sans Frontières (MSF) awal pekan ini.
Para pengungsi tang telah terjebak selama lebih dari dua bulan itu tidak memiliki sanitasi yang baik ataupun fasilitas medis. Para pengungsi tersebut datang dari Suriah. Mereka melarikan diri dari perang sipil yang terjadi di Suriah sejak lima tahun terakhir.
MSF menilai bahwa situasi tersebut bisa melemahkan posisi Yordania sebagai co-host dari pertemuan untuk membahas pengungsi di New York bulan ini.
Merujuk pada data PBB, sekitar empat dari lima pengungsi di gurun tersebut merupakan perempuan dan anak-anak.
Tidak ada bantuan ataupun pasokan makanan yang diijinkan melintasi perbatasan. Pasokan air pun tidak teratur dan tidak mencukupi untuk kebutuhan minum ataupun sanitasi. Padahal, suhu di gurun bisa mencapai 50 derajat celcius selama musim panas.
Dikabarkan The Guardian, beberapa di antara para pengungsi bahkan menggali lubang di tanah untuk kuburan mereka sendiri karena mereka merasa frustasi tidak memiliki apapun.
"Ini adalah beberapa kondisi paling ekstrim di Bumi. Dan kemudian diperburuk dengan tidak ada akses ke kesehatan, air dan makanan yang cukup serta mereka di bawah ancaman serangan udara," kata Natalie Thurtle, pemimpin tim medis untuk amal Medicins Sans Frontières (MSF).
"Ini adalah keadaan darurat kemanusiaan yang kritis," tambahnya.
[mel]
BERITA TERKAIT: