Indeks Dolar AS (DXY), yang mengukur kekuatan Dolar terhadap enam mata uang utama, tercatat naik tipis sekitar 0,09 persen ke kisaran 98,12. Hal ini mencerminkan minimnya katalis global serta aktivitas pasar yang didominasi transaksi teknis menjelang libur Tahun Baru.
Meski DXY menguat terbatas, Dolar AS justru melemah terhadap Yen Jepang. Penguatan Yen terjadi seiring spekulasi lanjutan kenaikan suku bunga Bank of Japan (BOJ) dan meningkatnya kewaspadaan pasar terhadap potensi intervensi pemerintah Jepang.
Risalah rapat BOJ menunjukkan perdebatan internal mengenai kelanjutan siklus pengetatan moneter, setelah suku bunga acuan dinaikkan ke level tertinggi dalam 30 tahun. Kondisi ini menahan penguatan dolar terhadap yen, meskipun belum cukup kuat untuk memicu intervensi langsung.
Meski BOJ menaikkan suku bunga pada pertemuan 19 Desember, Yen sempat jatuh hingga menyentuh level terendah satu bulan di 157,77 per Dolar AS, yang memicu kembali peringatan potensi intervensi. Jepang terakhir kali masuk ke pasar valuta asing pada Juli 2024 untuk menopang mata uangnya, setelah yen anjlok ke level terendah 38 tahun di 161,96 per dolar.
Terhadap mata uang utama lain, Dolar AS bergerak beragam. Euro dan Poundsterling melemah tipis terhadap Dolar AS, sejalan dengan penguatan marginal DXY. Sementara itu, data ekonomi AS seperti lonjakan pending home sales memberi dukungan terbatas bagi Dolar AS, namun belum mengubah arah pergerakan secara signifikan.
Di Asia, penguatan Dolar turut menekan sejumlah mata uang regional, termasuk Rupiah yang ditutup melemah ke Rp16.788 per Dolar AS.
Secara keseluruhan, pergerakan DXY masih mencerminkan fase konsolidasi, dengan fokus pasar beralih ke rilis risalah rapat FOMC dan arah kebijakan suku bunga Federal Reserve pada tahun depan.
BERITA TERKAIT: