Malcolm Bligh Turnbull, yang dikenal di sana sebagai pengusaha jutawan, menjadi perdana menteri setelah mengalahkan Tony Abbott dalam perebutan posisi Ketua Partai Liberal.
Pergantian kepemimpinan ini dianggap sebagian kalangan sebagai momentum memperbaiki hubungan Australia-Indonesia yang cukup buruk di masa Abbott, terutama akibat isu penyadapan dan imigran gelap.
Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan RI, Luhut Panjaitan, ketika ditanya wartawan mengenai isu ini, menjawab diplomatis bahwa Indonesia masih terlalu dini untuk menilai pemerintahan Turnbull.
"Kita tak punya prinsip bermusuhan dengan negara lain. Kita pelihara hubungan baik terhadap Australia. Kalau mereka respon tambah bagus, hubungan tambah baik. Saya tidak lihat hubungan itu istimewa sana sini, kita tunggu saja karena (Tunbull) baru dilantik," kata Luhut di sela kegiatan International Maritime Security Symposium (IMSS) 2015 di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu (16/9).
Memang Luhut mendapat informasi bahwa Turnbull diprediksi lebih koperatif dengan Indonesia. Namun ia tegaskan, sedari awal tidak ada niat Indonesia untuk membuat hubungan buruk dengan negara lain.
"Niat kita untuk membuat hubungan tak baik dengan negara lain itu sama sekali tidak ada. Australia itu
strategic partner kita, tetangga kita, jadi kita tidak punya alasan untuk bermusuhan dengan Australia atau negara sekitar kita," terang Luhut.
Terlepas dari itu, lanjut Luhut, pemerintah Indonesia masih sibuk mengurus perekonomian nasional dan persoalan domestik lain sebagai
top priority.
[ald]
BERITA TERKAIT: