Menteri Koordinator Bidang Pangan (Menko Pangan) Zulkifli Hasan (Zulhas) mengatakan, Indonesia sebelumnya dikenal sebagai salah satu negara pengimpor beras terbesar di dunia. Namun, dalam waktu relatif singkat, peningkatan produksi dalam negeri membuat Indonesia tidak lagi bergantung pada impor.
Ia pun berkisah bahwa sebelumnya Indonesia adalah pembeli beras terbesar dunia. Bahkan saat ia menjabat Menteri Perdagangan, harga beras sekitar 650 Dolar AS per ton.
"Sekarang, karena kita tidak lagi membeli beras dari luar, harganya turun hingga di bawah 400 Dolar AS. Dampaknya terhadap harga dunia sangat besar,” ujar Zulhas di Jakarta, dikutip Rabu 17 Desember 2025.
Indonesia melakukan impor sebesar 4,5 juta ton beras pada tahun lalu. Namun, tahun ini Indonesia berhasil mencetak surplus produksi beras sebesar 4,7 juta ton.
"Saat ini stok beras yang berada di gudang Bulog telah mencapai 3,7 juta ton," jelas Zulhas.
Data Kemenko Pangan menunjukkan bahwa sepanjang Januari hingga Desember 2025, produksi beras nasional mencapai 34,77 juta ton, meningkat 13,54 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Selain itu, produksi jagung Indonesia juga mencapai 16,55 juta ton atau naik 9,34 persen dibandingkan periode tahun sebelumnya.
Produksi yang meningkat ini menurut Zulhas dipengaruhi oleh pemangkasan regulasi, salah satunya pada pengadaan pupuk bersubsidi.
Sebelumnya ada 148 aturan terkait dengan pengadaan pupuk. Kini, regulasi tersebut dipangkas menjadi 33 aturan, sehingga petani dapat dengan mudah mendapatkan pupuk sesuai dengan jadwal waktu tanam.
BERITA TERKAIT: