Ekonomi Indonesia Kuartal III Melambat, Pemerintah dan Ekonom Beda Pendapat

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Kamis, 06 November 2025, 13:40 WIB
Ekonomi Indonesia Kuartal III Melambat, Pemerintah dan Ekonom Beda Pendapat
Ilustrasi (RMOL/Reni Erina)
RMOL Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III tahun 2025 yang mencapai 5,04 persen secara tahunan (year-on-year) memicu perdebatan antara optimisme pemerintah dan kekhawatiran dari sejumlah ekonom. 

Angka ini, meski melampaui prediksi beberapa pihak, menunjukkan adanya perlambatan dibandingkan kuartal sebelumnya, sehingga memunculkan keraguan terhadap target pertumbuhan ekonomi setahun penuh.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, menegaskan bahwa ekonomi nasional tetap solid di level lima persen. Menurutnya, capaian 5,04 persen membuktikan kemampuan pemerintah menjaga stabilitas ekonomi.

"Dengan angka 5,04 itu berarti kita bisa menjaga di level 5 persen. Dibandingkan kuartal yang lalu kan jauh lebih baik," ujar Airlangga di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Rabu 5 November 2-25. 

Airlangga bahkan menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia menempati urutan ketiga di antara negara G20. Pemerintah tetap optimistis dapat mencapai target pertumbuhan rata-rata 5,2 persen sepanjang tahun ini. Untuk mencapai target tersebut, pemerintah telah menyiapkan sejumlah langkah, termasuk penggelontoran bantuan sosial (bansos) yang nilainya hampir mencapai Rp 30 triliun, serta stimulus tambahan dan perluasan Kredit Usaha Rakyat (KUR).

Sejumlah ekonom justru melihat angka 5,04 persen ini sebagai keresahan. Pertumbuhan ekonomi Indonesia mulai kehilangan tenaga dan rapuh. Hal ini ditandai dengan melambatnya laju pertumbuhan dan belum solidnya transmisi dari peningkatan ekspor ke daya beli masyarakat.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pertumbuhan 5,04 persen di kuartal III merupakan perlambatan dibandingkan kuartal sebelumnya. Dengan tren ini, proyeksi pertumbuhan setahun penuh dikhawatirkan akan berada di bawah target APBN.

Ekonom Universitas Andalas, Syafruddin Karimi, menilai perlambatan ini serius. Ia menyoroti laju ekonomi kuartal III 2025 yang hanya naik 1,43 persen secara triwulanan, mengindikasikan dorongan yang rapuh di tengah gejolak eksternal dan domestik.

Syafruddin menjelaskan, meskipun ekspor memang meningkat sepanjang Juli hingga September, dampaknya terhadap daya beli dan investasi belum kuat. "Fakta ini menegaskan bahwa mesin pertumbuhan bekerja, tetapi tidak pada putaran optimal," katanya kepada media di Jakarta, Rabu.

Senada, ekonom Bright Institute, Awalil Rizky, berpendapat bahwa angka pertumbuhan 5,04 persen (y-o-y), meski melampaui prediksi, belum sepenuhnya mencerminkan perbaikan ekonomi riil.

Awalil menyoroti adanya ketidaksesuaian data. "Sektor industri pengolahan tumbuh tinggi, tapi tidak didukung data lapangan seperti penjualan mobil, motor, semen, dan tekstil yang justru menurun,” jelasnya beberapa waku lalu. rmol news logo article
EDITOR: RENI ERINA

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA