“Dengan keterpaduan data, kita tak hanya menghadirkan angka, tetapi juga insight yang berdampak,” kata Afriansyah dalam keterangannya di Jakarta, yang dikutip Senin 29 September 2025.
Di era transformasi digital, statistik dituntut lebih adaptif, inklusif, dan realtime. Hasil sensus ekonomi juga tidak sekadar mencatat aktivitas produksi dan distribusi, tetapi juga memetakan kebutuhan tenaga kerja lintas sektor.
Data tersebut, lanjut Afriansyah, menjadi landasan strategis dalam merancang kebijakan ketenagakerjaan, mulai dari peningkatan keterampilan, penguatan kewirausahaan, hingga perluasan kesempatan kerja. Semua kebijakan itu harus selaras dengan perkembangan ekonomi nasional maupun global.
Dalam rangka peringatan Hari Statistik Nasional, Afriansyah mengajak seluruh insan statistik, baik di pusat maupun daerah, meliputi pemerintah, akademisi, pelaku usaha, maupun masyarakat untuk menjadikan statistik sebagai 'bahasa pembangunan'.
Hari Statistik Nasional diperingati setiap tanggal 26 September di Indonesia, sebagai bentuk penghargaan terhadap pentingnya data statistik dalam pembangunan bangsa.
“Setiap data yang kita olah, analisis yang kita buat, dan diseminasi yang kita lakukan harus memiliki dampak nyata bagi kemajuan bangsa,” ungkap Afriansyah. Data ketenagakerjaan yang akurat, tentu akan berperan penting dalam mendorong lahirnya tenaga kerja hijau, produktif, dan kompeten. Hal ini sejalan dengan arah pembangunan berkelanjutan menuju Indonesia Emas 2045.
BERITA TERKAIT: