Meski demikian, ia menekankan pentingnya kewaspadaan dan strategi mitigasi yang kuat untuk menghadapi dinamika eksternal yang masih penuh ketidakpastian.
Ia menyatakan, dinamika global yang menghambat stabilitas ekonomi dunia terutama dipengaruhi oleh tarif dagang oleh Presiden AS Donald Trump dan konflik geopolitik yang mengancam ekonomi dunia.
“Saat ini tekanan terhadap perekonomian global mulai sedikit meredah, namun risiko ketidakpastian tetap perlu diwaspadai,” kata Purbaya dalam rapat kerja dengan Komisi XI di Gedung DPR RI, Jakarta, Rabu 10 September 2025.
Indonesia sendiri saat ini dikenakan tarif dagang AS sebesar 19 persen. Namun, perekonomian nasional disebut masih menunjukkan ketahanan. Hal ini tercermin dari pertumbuhan ekonomi kuartal II 2025 yang berhasil mencapai 5,12 persen.
“Meskipun demikian, kewaspadaan tetap diperlukan untuk mengantisipasi dampak lanjutan dari dinamika eksternal tersebut,” terangnya.
Ia mengatakan perlu terus mewaspadai dampak lanjutan dari negara-negara yang masih bersitegang dengan memperkuat cyber serta ancaman nuklir.
“Yang jika tidak dikelola dengan bijak akan menjadi masalah serius di kemudian hari. Hal ini meningkatkan fragmentasi dan proteksionisme yang mengganggu rantai pasok, sehingga meningkatkan kualitas harga komoditas, tekanan terhadap suku bunga, dan nilai tukar,” urainya.
Di sisi lain, lembaga internasional juga memberikan proyeksi yang lebih positif. Dana Moneter Internasional (IMF) pada Juli 2025 menaikkan proyeksi pertumbuhan global menjadi 3 persen (yoy), meningkat 0,2 persen dari perkiraan sebelumnya. Untuk 2026, pertumbuhan ekonomi dunia diperkirakan mencapai 3,1 persen.
Selain itu, ekspektasi penurunan Federal Funds Rate (FFR) oleh bank sentral Amerika Serikat juga mendukung proyeksi pertumbuhan ekonomi yang lebih positif. Penurunan suku bunga tersebut berpotensi mendorong aliran modal masuk ke negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
“Tren pelonggaran moneter global terjadi seiring meredanya tekanan inflasi, diharapkan turut memperkuat aktivitas ekonomi domestik. Ini menjadi peluang untuk mendorong pertumbuhan yang lebih tinggi,” ujar Purbaya.
BERITA TERKAIT: