Pengamat mata uang dan komoditas, Ibrahim Assuaibi, menilai tekanan Rupiah sore ini selain dipicu oleh aksi unjuk rasa di tanah air, juga karena data ekonomi Amerika Serikat kian menguat.
Kurs Rupiah ditutup pada level Rp16.499 per Dolar AS, melemah 147 poin, atau 0,90 persen dibandingkan penutupan kemarin, Kamis sore 28 Agustus 2025 di level Rp16.352 per Dolar AS.
Sementara itu, kurs referensi Bank Indonesia (BI) Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan posisi rupiah Rp16.461 per Dolar AS.
Demo buruh yang berakhir ricuh tadi malam kemudian berlanjut hingga sore ini, menjadi penyebab lemahnya Rupiah.
"Ini membuat Rupiah terus mengalami pelemahan,” ujar Ibrahim.
Menurutnya, pasar menjadi apatis terhadap kondisi politik dalam negeri. Ketegangan semakin tajam, apalagi dengan isu tunjangan DPR, kasus korupsi pejabat, hingga kekecewaan publik terhadap birokrasi yang sarat nepotisme.
Gejolak politik di Washington juga ikut menyita perhatian pasar. Gubernur The Fed Lisa Cook menggugat Presiden Donald Trump atas upaya pemecatannya, sementara Gubernur The Fed Christopher Waller memberi sinyal pemangkasan suku bunga mulai September.
Kombinasi gejolak eksternal dan internal tersebut bisa membuat Rupiah sulit keluar dari tren pelemahan jangka pendek.
"Jika ketidakpastian ini berlanjut, Rupiah berpotensi kembali menguji level Rp16.600 per dolar AS dalam waktu dekat," pungkas Ibrahim.
BERITA TERKAIT: