"Mana ada (permainan data pertumbuhan ekonomi)," tegas Airlangga saat ditemui di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta Pusat, Selasa 5 Agustus 2025.
Airlangga merinci data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS). Ia mencontohkan, konsumsi masyarakat tercatat tumbuh 4,97 persen, yang merupakan kontributor utama terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional, dengan porsi mencapai 54 persen pada periode tersebut.
Lebih lanjut, Airlangga membeberkan sejumlah indikator lain yang memperkuat pertumbuhan ekonomi tersebut. Di antaranya, investasi yang tumbuh 6,99 persen, transaksi ritel meningkat, penggunaan uang elektronik naik 6,26 persen, serta transaksi di platform marketplace yang tumbuh 7,55 persen secara kuartalan.
"Kemudian, dari perjalanan, akibat kita membuat kebijakan (stimulus). Baik itu (diskon tiket) pesawat, kereta api, maupun jalan tol. Itu perjalanan wisatawan nusantara tumbuh 22,3 persen, wisatawan mancanegara tumbuh 23,32 persen," jelasnya.
Airlangga menambahkan, penciptaan lapangan kerja juga menjadi indikator dari pertumbuhan ekonomi tersebut. Ia mencatat hampir 3,6 juta lapangan kerja tercipta selama periode tersebut.
BPS sebelumnya melaporkan bahwa ekonomi Indonesia di kuartal II 2025 tumbuh 5,12 persen secara tahunan (yoy), berdasarkan PDB atas dasar harga berlaku mencapai Rp5.947 triliun, sedangkan atas dasar harga konstan sebesar Rp3.396,3 triliun.
Sementara itu, sejumlah ekonom mendesak pemerintah untuk membuka data secara transparan terkait capaian hingga metodologi penghitungan pertumbuhan ekonomi.
“Tidak ada momen Ramadan, tidak ada faktor musiman seperti tahun-tahun sebelumnya, tapi kenapa justru pertumbuhannya melonjak cukup tinggi? Ini yang harus dibedah lebih dalam, apakah ini anomali atau jangan-jangan ada praktik window dressing data,” kata Kepala Pusat Industri, Perdagangan, dan Investasi INDEF, Andry Satrio Nugroho, Rabu, 6 Agustus 2025.
BERITA TERKAIT: