Langkah ini dinilai telah menyelamatkan ekonomi nasional, terutama sektor garmen dan alas kaki yang menjadi tulang punggung negara.
Wakil Perdana Menteri Kamboja, Sun Chanthol, menjelaskan bahwa tarif AS sebelumnya sempat dipatok hingga 49 persen, lalu diturunkan menjadi 36 persen. Setelah negosiasi, akhirnya hanya dikenakan 19 persen.
"Kalau tetap di 49 atau 36 persen, industri kami pasti ambruk," kata Chanthol, dikutip dari Bangkok Post, Sabtu 2 Agustus 2025.
Ia menekankan bahwa sektor garmen dan alas kaki mempekerjakan hampir satu juta orang, mayoritas perempuan, yang menghidupi banyak anggota keluarga.
Chanthol juga memuji Trump atas perannya dalam meredam konflik perbatasan antara Kamboja dan Thailand.
“Kami berterima kasih atas intervensi mulia Presiden Trump dalam menciptakan perdamaian,” ujarnya.
Kamboja saat ini memiliki surplus perdagangan besar dengan AS. Sekitar 38 persen ekspor Kamboja - senilai hampir 10 miliar Dolar AS pada 2024 - ditujukan ke Negeri Paman Sam. Sebagian besar terdiri dari produk tekstil dan sepatu untuk merek global seperti Adidas, H&M, Ralph Lauren, dan Lacoste.
Chanthol menambahkan bahwa kesepakatan tarif ini masih berupa kerangka awal dan akan disempurnakan kemudian. Sebagai bagian dari kesepakatan, Kamboja juga akan membeli 10 pesawat Boeing 737 Max 8 untuk maskapai nasional Air Cambodia, dengan opsi membeli 10 unit tambahan.
“Kami memang bukan negara dengan daya beli besar, tapi kami berusaha bernegosiasi secara terbuka dan adil, demi manfaat bersama,” kata Chanthol.
BERITA TERKAIT: