MITI:

Pengembangan Ekosistem EV Jangan Bergantung pada Teknologi Satu Negara

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/adityo-nugroho-1'>ADITYO NUGROHO</a>
LAPORAN: ADITYO NUGROHO
  • Rabu, 23 April 2025, 14:55 WIB
Pengembangan Ekosistem EV Jangan Bergantung pada Teknologi Satu Negara
Ilustrasi/Ist
rmol news logo Pembatalan Proyek Titan yang merupakan kerja sama BUMN dengan konsorsium LG Energy Solution Ltd (LGES), Korea Selatan, harus menjadi perhatian serius pemerintah.  

Pembina Masyarakat Ilmuwan dan Teknolog Indonesia (MITI) Mulyanto menyarankan pemerintah harus lakukan evaluasi secara objektif untuk mengetahui alasan pembatalan kerja sama proyek senilai Rp130 triliun tersebut.

Ia juga mengusulkan pemerintah perlu mengembangkan keragaman mitra strategis terkait pengembangan ekosistem kendaraan listrik (EV) nasional. Jangan hanya bergantung pada sumber teknologi satu negara.

Menurutnya, diversifikasi kerja sama dengan berbagai negara sangat penting untuk menjaga keseimbangan geopolitik serta mendapatkan sumber teknologi dan pasar yang semakin luas.

"Meski BUMN kita masih memiliki konsorsium kerja sama pengembangan ekosistem EV dengan perusahaan CATL China melalui proyek Dragon sebesar Rp240 triliun, namun batalnya proyek Titan ini memiliki pengaruh signifikan, yang dapat memperlambat program pengembangan ekosistem EV dan hilirisasi sumber daya mineral nasional," jelas Mulyanto dalam keterangannya, Rabu, 23 April 2025.

Karena itu, menurut Mulyanto, pemerintah harus memitigasi dampaknya secara sungguh-sungguh serta mengembangkan alternatif kemitraan dan strategi lain.

"Pelajaran yang dapat dipetik dari kasus kebijakan tarif Presiden AS Trump adalah soal diversifikasi pasar dan kerja sama kemitraan secara beragam dengan berbagai negara. Ketergantungan atau dominasi sumber teknologi atau pasar pada satu atau beberapa negara akan menjadi sangat rawan bagi pembangunan ekonomi nasional," terangnya.

Untuk diketahui, PT Indonesia Battery Corporation (IBC) pada Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi XII DPR RI, 17 Februari 2025 lalu, memaparkan bahwa  perusahaan Korea Selatan, LGES, mundur dari pembentukan joint venture (JV) Proyek Titan, yakni megaproyek baterai kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) senilai 7,7 miliar Dolar AS (sekitar Rp129,84 triliun asumsi kurs saat ini) di Indonesia.

Mundurnya LGES dari proyek yang dikenal dengan kode 'Proyek Titan' itu diumumkan perusahaan asal Korea Selatan tersebut pada Jumat, 18 April 2025.

Namun di sisi lain, PT Aneka Tambang Tbk (ANTAM) bersama mitra strategisnya terus menindaklanjuti proyek ekosistem baterai EV lainnya, Proyek Dragon, senilai total 16 miliar dolar AS atau sekitar Rp240 triliun.

Direktur Utama ANTAM Nico D. Kanter menjelaskan, proyek  Dragon merupakan proyek strategis sekaligus program prioritas perseroan.

Proyek Dragon dikerjakan Antam dengan menggandeng Contemporary Bruno Lygend (CBL), konsorsium raksasa produsen baterai asal China, Contemporary Amperex Technology Co Ltd (CATL). rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA