Komentar tersebut mampu mendongkrak Dolar AS pada penutupan perdagangan Jumat 4 Maret 2025 waktu setempat. Dolar AS pulih dari pelemahannya terhadap mata uang utama seperti Euro dan Yen.
Dolar AS (Indeks DXY) naik 0,98 persen ke 103, setelah sebelumnya terjun 1,9 persen.
Powell menyatakan bahwa kenaikan tarif - yang lebih besar dari perkiraan - berisiko memicu inflasi lebih tinggi dan perlambatan pertumbuhan, menggarisbawahi tantangan yang dihadapi pembuat kebijakan di bank sentral AS.
Analis memandang, kebijakan tarif baru Trump justru akan memukul ekonomi AS sendiri.
"Respons Powell kali ini terlihat lebih hawkish karena ia fokus pada dampak inflasi dari tarif. Ekonomi AS sudah bergulat dengan inflasi tinggi, dan karena AS yang memberlakukan tarif ini secara luas terhadap semua impor, efeknya akan lebih terasa di dalam negeri," jelas Peter Vassallo, Manajer Portofolio FX di BNP Paribas Asset Management, dikutip dari
Reuters, Sabtu 5 April 2025.
"Kekhawatiran inflasi ini nyata, terutama mengingat inflasi telah berada di atas target selama lima tahun terakhir," katanya.
Data menunjukkan penambahan 228.000 lapangan kerja non-pertanian bulan lalu (revisi Februari turun menjadi 117.000), melampaui perkiraan 135.000. Tingkat pengangguran pun naik tipis menjadi 4,2 persen dari sebelumnya 4,1 persen.
Dolar Australia, yang sering dianggap sebagai proksi likuid untuk Yuan, jatuh ke level terendah dalam lima tahun terhadap Dolar AS setelah China mengumumkan balasan tarif untuk barang-barang AS.
Euro bergerak melemah 0,95 persen ke 1,10947 Dolar AS, setelah sebelumnya melonjak 1,8 persen.
Pound Sterling anjlok 1,61 persen ke 1,2889 Dolar AS, penurunan mingguan terbesar sejak 24 Februari.
Franc Swiss berhasil menguat 0,6 persen terhadap Euro dan juga menguat terhadap Dolar AS.
Dolar AS menguat terhadap Yuan, naik 0,2 persen ke 7,2959 Yuan.
Dolar Kanada melemah 0,81 persen ke 1,4208, sama halnya dengan Yen yang melemah terhadap Dolar AS. Dolar AS bangkit 0,58 persen ke 146,92 Yen.
Pemerintah China memberlakukan tarif tambahan 34 persen untuk semua barang AS mulai 10 April mendatang. Langkah ini semakin memicu kekhawatiran resesi dan aksi jual global.
Total tarif gabungan yang dihadapi China kini mencapai 64 persen jika termasuk tarif 10 persen di era kepresidenan pertama Trump.
Baik China maupun UE berjanji mengambil tindakan balasan, meningkatkan risiko perang dagang meluas.
BERITA TERKAIT: