Dikutip dari
Reuters, harga minyak mentah Brent naik 1,39 Dolar AS atau 2 persen menjadi 70,95 Dolar AS per barel. Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik 1,43 Dolar AS atau 2,2 persen menjadi 67,68 Dolar AS per barel.
Kenaikan harga minyak ini dipicu oleh data pemerintah AS yang menunjukkan persediaan minyak mentah negara tersebut meningkat 1,4 juta barel pada minggu terakhir, meskipun lebih rendah dari perkiraan yang memperkirakan kenaikan sebesar 2 juta barel.
Sementara itu, persediaan bensin AS turun 5,7 juta barel, berbeda dengan ekspektasi yang memperkirakan penurunan hanya 1,9 juta barel. Stok sulingan juga turun lebih besar dari yang diperkirakan.
"Minggu ini, persediaan minyak lebih sedikit dari yang diharapkan, dan permintaan bensin serta solar lebih tinggi dari yang diperkirakan. Ini menunjukkan permintaan yang lebih kuat, yang bisa menyebabkan harga minyak naik," kata Josh Young, Chief Investment Officer di Bison Interests.
Melemahnya mata uang Dolar AS, yang mencapai level terendah dalam lima bulan terhadap mata uang utama lainnya sempat mempengaruhi pasar minyak. Indeks dolar AS turun 0,5 persen pada hari Selasa, membuat harga minyak menjadi lebih murah bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain.
Namun, tanda-tanda meredanya inflasi memberi sedikit kelegaan kepada investor, setelah harga konsumen AS meningkat lebih rendah dari yang diperkirakan pada Februari.
Meski demikian, tarif agresif Presiden AS Donald Trump terhadap impor diperkirakan akan meningkatkan biaya barang-barang dalam beberapa bulan mendatang. Beberapa tarif sudah diberlakukan, sementara yang lainnya ditunda atau akan mulai berlaku di kemudian hari.
Pasar khawatir bahwa tarif ini dapat meningkatkan harga bagi bisnis, memicu inflasi, dan merusak kepercayaan konsumen, yang pada gilirannya dapat menghambat pertumbuhan ekonomi.
BERITA TERKAIT: