Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Kemenperin: Keramik dan Gelas Kaca jadi Prioritas untuk Dikembangkan

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Kamis, 12 Desember 2024, 16:21 WIB
Kemenperin: Keramik dan Gelas Kaca jadi Prioritas untuk Dikembangkan
Gedung Kementerian Perindustrian/Net
rmol news logo Industri keramik dan gelas kaca (glassware) menjadi sektor yang diprioritaskan untuk dikembangkan. 

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyatakan karena sektor tersebut menggunakan bahan baku atau sumber daya alam lokal.

Inspektur Jenderal Kementerian Perindustrian Mohammad Rum menyatakan industri tersebut juga telah memiliki struktur keterkaitan dan kedalaman yang kuat.

Pihaknya mencatat industri keramik tableware memiliki kapasitas produksi sebesar 253.796 ton, namun utilisasinya pada semester I 2024 masih berada di bawah 50 persen.

"Pengembangan industri keramik tableware di dalam negeri masih cukup prospektif ke depannya seiring dengan pertumbuhan pasar dalam negeri dan permintaan dari pasar global yang terus meningkat," kata Mohammad Rum, dalam acara Pameran Produk Industri Ceramic Tableware dan Glassware di Jakarta, dikutip Kamis 12 Desember 2024. 

Sedangkan, industri gelas kaca nasional memiliki kapasitas produksi sebesar 286.380 ton per tahun dan industri kemasan kaca memiliki kapasitas produksi sebesar 403.679 ton per tahun di mana produk yang dihasilkan masih berfokus pada produk soda lime glass.

Untukmendorong daya saing kedua sektor tersebut, Kemenperin telah mengeluarkan berbagai kebijakan. Salah satunya adalah pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) produk keramik secara wajib yang bertujuan untuk melindungi industri nasional dari produk impor, sekaligus memastikan kualitas produk nasional yang beredar di dalam negeri sesuai kriteria.

Kebijakan lain yang memberikan dampak signifikan terhadap daya saing industri adalah pemberian insentif gas industri melalui program harga gas bumi tertentu (HGBT) pada harga 6,5 Dolar AS per MMBTU. 

Pemerintah juga menilai, program tersebut terbukti meningkatkan daya saing industri keramik dan menghasilkan multiplier effect, terutama efisiensi biaya produksi. 

Selain itu, kebijakan yang sama turut efektif merangsang investasi dan pembangunan pabrik baru di sektor industri keramik dan gelas kaca.

Meski demikian, kedua sektor ini perlu waspada terhadap masuknya produk impor dari luar negeri. 

Sebelumnya, Kemenperin mencatat, sedikitnya ada tujuh industri ubin keramik di Indonesia yang berhenti produksi dan bangkrut. Salah satu alasannya, karena serbuan keramik impor, terutama dari China, yang membanjiri pasar domestik. rmol news logo article
EDITOR: RENI ERINA

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA