Dikutip dari
Reuters, minyak mentah Brent turun 22 sen, atau 0,3 persen menjadi 72,09 Dolar AS per barel pada perdagangan Kamis 5 Desember 2025, atau Jumat WIB.
Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun 24 sen atau 0,35 persen pada 68,30 Dolar AS per barel.
OPEC+, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak beserta sekutu termasuk Rusia, telah berencana untuk mulai menghentikan pemangkasan produksi mulai Oktober 2024, tetapi melambatnya permintaan global dan melonjaknya produksi di luar kelompok tersebut memaksanya untuk menunda rencana tersebut beberapa kali.
"Ada beberapa pertanyaan yang muncul dalam pertemuan ini, apakah ada kohesi atau tidak (di antara OPEC+), mereka jelas keluar dari kondisi ini, tetapi ini juga menunjukkan lanskap pasokan yang menantang yang mereka hadapi saat mencoba menopang pasar ini," kata John Kilduff, mitra di Again Capital di New York.
Pengurangan bertahap pemotongan sebesar 2,2 juta barel per hari (bph) akan dimulai April mendatang dengan peningkatan bulanan sebesar 138.000 bph, menurut perhitungan Reuters, dan berlangsung selama 18 bulan hingga September 2026. OPEC+ memompa sekitar setengah dari minyak dunia.
"Sinyal keseluruhan ke pasar bersifat konstruktif dan kemungkinan akan mencegah penurunan harga dalam jangka pendek," kata kepala pasar komoditas minyak global Rystad Energy, Mukesh Sahdev.
Namun, para analis menunjuk pada prospek pasokan yang melimpah untuk tahun 2025 sebagai penyeimbang dukungan dari keputusan OPEC+ hari Kamis.
"Pasar sedang mengalami surplus, tidak ada kekurangan minyak dan tidak ada tanda-tanda yang jelas mengenai apa yang akan terjadi di masa mendatang yang dapat menaikkan harga," kata Bob Yawger, direktur energi berjangka di Mizuho.
BERITA TERKAIT: