Mata uang Garuda itu menguat tipis 0,05 persen dibandingkan pembukaan perdagangan sebelumnya, meski masih tertekan mendekati Rp16 ribu.
Sementara itu, mayoritas mata uang Asia dibuka ikut menguat pagi ini. Yen Jepang melonjak 0,11 persen, Dolar Singapura tumbuh 0,01 persen, dan Yuan China melesat 0,09 persen.
Selanjutnya Won Korea Selatan ikut tumbuh 0,06 persen. Namun Peso Filipina turun 0,12 persen dan Baht Thailand anjlok 0,51 persen.
Di sisi lain, mayoritas mata uang negara maju juga dibuka kokoh hari ini. Poundsterling Inggris menguat 0,02 persen, Euro Eropa tumbuh 0,01 persen, Franc Swiss naik 0,05 persen, Dolar Australia melonjak 0,11 persen, dan Dolar Kanada naik 0,06 persen.
Bank Indonesia sebelumnya mencatat pekan lalu nilai tukar Rupiah mulai anjlok 0,84 persen terhadap Dolar AS ke atas Rp15.800.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menjelaskan penurunan ini dipicu oleh meningkatnya ketidakpastian global akibat eskalasi konflik geopolitik serta kembalinya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat di Pemilihan Presiden (Pilpres) AS 2024.
"Pelemahan nilai tukar tersebut diakibatkan oleh menguatnya mata uang Dolar AS secara luas, serta berbaliknya preferensi investor global dengan memindahkan alokasi portofolionya kembali ke AS pascahasil pemilihan umum di AS," jelas Perry dalam konferensi pers Rabu 20 November 2024.
BERITA TERKAIT: