Pantauan dari jalannya sesi perdagangan di Wall Street memperlihatkan, gerak Indeks yang mixed di tengah minimnya sentimen. Pelaku pasar belum menemukan pijakan meyakinkan untuk bersikap optimis. Dan sentimen dari ekspektasi kebijakan Presiden terpilih Donald Trump kini dijadikan landasan yang rapuh.
Laporan yang beredar menyebutkan, pihak Trump yang berniat melakukan relaksasi regulasi pada produksi otomotif swa-kemudi atau driverless. Laporan ini kemudian disambut dengan aksi akumulasi agresif pada saham pabrikan mobil listrik terkemuka Dunia, Tesla milik juragan tajir Elon Musk. Saham Tesla kemudian melompat hingga kisaran 6 persen akibat tekanan beli yang menderas.
Sebagaimana diketahui, Tesla merupakan pelopor dalam produk otomotif tersebut, dan ditambah karibnya hubungan Trump dengan Elon Musk yang berperan besar menyokong kemenangan Trump dalam pilpres, membuat investor sangat yakin untuk memborong saham Tesla akibat kabar tersebut.
Konsekuensi lanjutannya, sejumlah saham teknologi terkait turut terangkat dan pada akhirnya mengangkat Indeks. Hingga sesi perdagangan berakhir, Indeks DJIA ditutup turun tipis 0,13 persen di 43.389,6, sementara indeks S&P500 naik moderat 0,39 persen di 5.893,62 dan indeks Nasdaq melonjak 0,6 persen di 18.791,81. Gerak Indeks yang berakhir mixed mencerminkan sikap optimis investor yang masih jauh dari meyakinkan.
Upaya investor bertahan optimis kali ini hanya dilandasi sentimen rapuh dari kebijakan yang akan diambil pemerintahan Trump alias cawe-cawe. Pelaku pasar oleh karenanya masih mengharapkan sentimen lain untuk menopang lonjakan indeks lebih jauh.
Kabar baiknya, situasi bimbang di Wall Street mampu dimaksimalkan oleh pelaku pasar di Asia dalam menjalani sesi perdagangan hari kedua pekan ini, Selasa 19 November 2024. Minimnya sentimen regional yang mewarnai sesi perdagangan, membuat investor mencoba memberikan perhatian pada China. Laporan menyebutkan, otoritas China yang mencoba memberikan kabar positif dengan mengklaim memberikan sokongan penuh bagi wilayah otonomi Hong Kong untuk menjadi pusat keuangan internasional.
Dengan serangkaian bekal sentimen yang tersedia, aksi akumulasi dalam rentang bervariasi akhirnya mengangkat Indeks. Hingga sesi perdagangan sore ini berakhir, Indeks Nikkei (Jepang) menanjak 0,51 persen di 38.414,43, sedangkan Indeks KOSPI (Korea Selatan) melanjutkan gerak positif dengan naik moderat 0,12 persen di 2.471,95, dan indeks ASX200 (Australia) melompat tajam 0,89 persen di 8.374,0.
Kinerja bursa Asia yang lumayan meyakinkan membuat pelaku pasar di Jakarta percaya diri untuk berbalik melakukan aksi akumulasi lebih gencar. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terlihat konsisten menjejak zona penguatan signifikan di sepanjang sesi hari ini. IHSG kemudian menutup sesi dengan melompat signifikan 0,89 persen di 7.195,71 setelah sempat mencetak titik tertinggi nya di kisaran 7.229,83.
Pantauan lebih rinci menunjukkan, sejumlah besar saham unggulan yang masuk dalam jajaran teraktif ditransaksikan mencetak kenaikan bervariasi, seperti: BBRI, TLKM, ASII, ADRO, ISAT, UNTR, JPFA serta SMGR dan LSIP. Sementara saham unggulan lain masih bergulat di zona merah, seperti: BMRI, BBCA, BBNI, ICBP dan ITMG.
Pantauan juga memperlihatkan, lonjakan sejumlah besar saham unggulan tersebut yang dinilai tak terlalu mengejutkan alias sangat normal, di mana tekanan jual massif sebelumnya telah menenggelamkan saham unggulan tersebut dalam taraf sangat signifikan.
Tinjauan RMOL menunjukkan, kinerja gemilang IHSG kali ini yang lebih mencerminkan potensi teknikal usai mengalami serangkaian tekanan jual konsisten dalam beberapa pekan terakhir. IHSG bahkan masih berada dalam tren pelemahan yang lumayan solid, dan oleh karenanya, gerak turun lebih jauh masih besar peluang di beberapa hari sesi perdagangan ke depan.
BERITA TERKAIT: