Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara menjelaskan bahwa mayoritas belanja negara yang naik hingga 14,1 persen secara tahunan (yoy) ini berasal dari belanja pemerintah pusat yang mencapai Rp1.834,5 triliun.
"Belanja negara ini Rp1834,5 triliun di antaranya adalah belanja pemerintah pusat, yang naik hingga 16,7 persen yoy, atau 74,3 persen dari pagu APBN,"katanya dalam konferensi pers APBN KiTa pada Jumat 8 November 2024.
Ia pun merinci bahwa belanja pemerintah pusat terdiri dari belanja kementerian/lembaga (K/L) dan belanja non K/L.
Adapun realisasi belanja K/L sendiri per Oktober 2024 mencapai Rp933,5 triliun, atau telah mencapai 85,6 persen dari pagu APBN 2024.
"Realisasi itu dipengaruhi oleh pembangunan infrastruktur, penyaluran berbagai program bansos, dukungan pelaksanan Pemilu, sarana dan prasarana pertahanan dan keamanan, hingga pembayaran gaji ASN/TNI/Polri," jelasnya.
Sementara realisasi belanja non-kementerian/lembaga mencapai Rp901,0 triliun atau sekitar 65,4 persen dari pagu, yang dipengaruhi oleh subsidi energi hingga pembayaran manfaat pensiun.
Untuk diketahui, realisasi belanja pemerintah pusat ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi pada tahun-tahun sebelumnya, yaitu sebesar Rp1.572,2 triliun pada 2023, Rp1.671,4 triliun pada 2022, Rp1.416,3 triliun pada 2021, dan bahkan lebih tinggi dibanding Covid-19 yang hanya mencapai Rp1.343,9 triliun pada 2020.
Belanja negara yang tinggi ini telah membuat APBN tekor hingga Rp309,2 triliun atau 1,37 presen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Ke depannya, wakil bendahara negara itu memprediksi bahwa belanja negara akan semakin tinggi sampai akhir tahun mendatang.
"Belanja negara akan terus meningkat sampai akhir tahun," pungkasnya.
BERITA TERKAIT: