Namun sekitar pertengahan sesi perdagangan sore berlangsung, IHSG mulai mampu menjamah zona hijau. Secara keseluruhan gerak IHSG cenderung terjebak di rentang sempit pada sepanjang sesi hari ini. IHSG kemudian menutup sesi dengan menguat 0,21 persen untuk singgah di 7.788,98.
Sekalipun gerak naik yang dibukukan tergolong moderat, kinerja IHSG terlihat menonjol dan gemilang di tengah suramnya bursa saham Asia. Sejumlah saham unggulan yang masuk dalam jajaran teraktif ditransaksikan, tercatat mulai mampu bangkit dengan mencetak kenaikan yang bervariasi, seperti: BBNI, ASII, UNTR, INDF, serta LSIP. Sedangkan saham unggulan lain masih terperosok merah, seperti: BBRI, TLKM, BMRI, BBCA, ADRO, SMGR dan ISAT.
Laporan lebih jauh dari jalannya sesi perdagangan juga memperlihatkan, gerak naik yang cukup mencolok yang terjadi pada 4 saham dalam kelompok konglomerasi Aburizal Bakrie. Saham DEWA bahkan telah menembus level psikologis pentingnya di Rp100 setelah melompat 13,54 persen untuk menutup di Rp109. Kemudian saham BRMS melompat curam 9,88 persen di Rp378, dan saham BUMI menanjak 2,17 persen di Rp141, serta Saham ENRG yang melambung 6,66 persen di Rp256.
Untuk dicatat, empat saham dari kelompok Bakrie tersebut juga masuk dalam jajaran teraktif ditransaksikan berdasar volume. Pola gerak naik yang menonjol dari sejumlah saham kelompok Bakrie tercatat telah terjadi beberapa kali dalam beberapa pekan sesi perdagangan terakhir.
Sementara laporan dari jalannya sesi perdagangan di Asia menunjukkan kinerja buram yang masih bertahan. Hampir seluruh Indeks di Bursa utama Asia jatuh dalam koreksi curam. Indeks Nikkei (Jepang) merosot tajam 1,39 persen dengan berakhir di 38.411,96, sementara indeks ASX200 (Australia) terpangkas 1,66 persen di 8.205,7, dan indeks KOSPI (Korea Selatan) tersungkur 1,31 persen di 2.570,7.
Tidak ada sentimen regional yang menonjol dalam sesi perdagangan kali ini. Kemerosotan Indeks di Asia terlihat lebih dilatari oleh keraguan yang telah mendera Wall Street dalam sesi perdagangan sebelumnya. Sementara laporan lain datang dari India, di mana perusahaan pabrikan otomotif terkemuka Dunia asal Korea Selatan, Hyundai Motor India yang menggelar penjualan saham perdana atau IPO terbesar sepanjang sejarah Bursa saham India senilai Rp50 triliun.
Namun sayangnya, di tengah kesuraman yang sedang membelit sentimen di Asia membuat gelaran IPO tersebut justru berjalan tragis. Harga saham Hyundai dilaporkan langsung rontok hingga 6 persen. Sejumlah analis menyatakan, harga IPO saham Hyundai yang terbilang mahal, namun sejumlah kalangan lain masih optimis bahwa saham Hyundai mampu bangkit hingga melonjak sekitar 20 persen dari harga IPO.
Rupiah Belum Cerah
Tak seperti kinerja IHSG yang mampu beralih menjejak zona hijau, kinerja nilai tukar Rupiah justru masih kesulitan di sepanjang sesi hari ini. Kesuraman yang kukuh mencengkeram mata uang utama dunia menyulitkan Rupiah untuk mengikuti jejak IHSG.
Pantauan RMOL menunjukkan, gerak mata uang utama dunia yang mulai mencoba berbalik menguat di sesi perdagangan sore ini di Asia. Namun kisaran penguatan yang dibukukan masih terlalu sempit. Keraguan investor terkesan masih membayang terkait dengan prospek berlanjut nya penurunan suku bunga oleh The Fed.
Situasi tersebut akhirnya menyulitkan Rupiah untuk bangkit di tengah tiadanya suntikan sentimen domestik dari rilis data perekonomian terkini. Hingga ulasan ini disunting, Rupiah tercatat diperdagangkan di kisaran Rp15.555 per Dolar AS atau melemah 0,43 persen.
Sementara laporan dari pasar Asia memperlihatkan, kinerja yang tak jauh berbeda dengan hampir seluruh mata uang Asia tersaruk dalam zona merah. Mata uang Asia kini tercatat hanya menyisakan Rupee India dan Dolar Singapura yang mencoba bertahan di zona penguatan sempit namun rentan untuk beralih ke zona pelemahan.
BERITA TERKAIT: