Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Cadangan Devisa Turun Tipis, IHSG Beralih Positif

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/ade-mulyana-5'>ADE MULYANA</a>
OLEH: ADE MULYANA
  • Senin, 07 Oktober 2024, 15:07 WIB
Cadangan Devisa Turun Tipis, IHSG Beralih Positif
Ilustrasi (Foto: Bloomberg.com)
rmol news logo Setelah menutup sesi pekan lalu dengan gerak merah, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkesan masih menyimpan tekanan jual dalam membuka sesi pekan ini, Senin 7 Oktober 2024. Di tengah positif nya sentimen yang hinggap di bursa global, sikap optimis di Jakarta terlihat sulit untuk bangkit. Tekanan jual akhirnya masih belum reda sepenuhnya hingga menggiring IHSG di zona merah dalam mengawali sesi pagi ini.

Namun beruntungnya, sentimen rilis data cadangan devisa untuk September lalu yang diklaim hanya menurun tipis menjadi $149,9 miliar, mampu sedikit meredakan pesimisme pelaku pasar. Gerak IHSG akhirnya mampu secara perlahan beralih ke zona positif beberapa menit usai rilis data tersebut.

Hingga sesi perdagangan pagi berakhir, IHSG terhenti di kisaran 7.507,23 atau naik moderat 0,15 persen. Gerak naik moderat tersebut sekaligus mencerminkan masih rentannya sikap pesimis pelaku pasar untuk bertahan. Terlebih, hal ini terlihat dari kinerja saham unggulan yang bervariasi. Sejumlah saham unggulan yang masuk dalam jajaran teraktif ditransaksikan berhasil membukukan kenaikan, seperti: BBRI, ADRO, PTBA, serta PGAS. Namun sejumlah besar saham unggulan lain masih terseret merah, seperti: BMRI, BBCA, BBNI, ASII serta UNTR dan INDF.

Pola kinerja saham unggulan tersebut sekaligus menghambarkan betapa sikap pesimis pelaku pasar masih jauh dari reda. Gerak naik moderat IHSG juga terlihat jauh dari memuaskan di tengah kinerja bursa global. Pantauan pada sesi akhir pekan lalu memperlihatkan, Indeks Wall Street yang berhasil kompak melonjak signifikan menyusul sentimen dari rilis data ketenaga kerjaan terkini AS yang sangat positif.

Rilis data NFP (non-farm payroll) untuk September lalu dilaporkan sebesar 254.000 atau jauh melampaui ekspektasi investor yang di kisaran 150.000. Sementara tingkat pengangguran dilaporkan sebesar 4,1 persen yang tercatat lebih rendah dari perkiraan pelaku pasar di kisaran 4,2 persen. Dengan mudah, rilis data tersebut membuat investor melakukan tekanan beli agresif hingga melonjakkan indeks Wall Street secara tajam. Indeks DJIA menutup dengan melambung 0,81 persen, sementara indeks S&P500 melompat 0,9 persen dan indeks Nasdaq melonjak 1,22 persen.

Optimisme penutupan pekan di Wall Street tersebut kemudian menjadi bekal bagi sesi perdagangan awal pekan ini di Asia. Optimisme di Asia semakin kukuh oleh serangkaian sentimen domestik. Hingga sesi perdagangan siang ini berlangsung, Indeks Nikkei (Jepang) memimpin Asia dengan melompat curam 2,21 persen di 39.489,72, sentimen domestik dari kebijakan pemerintahan baru negeri itu yang menahan langkah kenaikan suku bunga lanjutan menjadi pendorong optimisme investor.

Lonjakan tajam juga terjadi di Korea Selatan, diana Indeks KOSPI naik signifikan 1,56 persen untuk menjejak posisi 2.609,77. Pelaku pasar di negeri drakor itu kini menantikan keputusan Bank Sentral Korea, BoK, menyangkut penurunan suku bunga. Sedangkan Indeks ASX200 (Australia) naik 0,7 persen di 8.207,1.

Namun kinerja gemilang bursa saham Asia tersebut masih sulit diikuti IHSG di Jakarta, terlebih sebagaimana dimuat dalam ulasan sebelumnya, tren pelemahan telah terbentuk cukup meyakinkan. Dan beruntungnya, rilis data cadangan devisa terlihat masih agak bertaji untuk sekedar menahan tekanan jual.lebih jauh pada IHSG.

Dolar AS Balik di Atas Rp15.500

Laporan lebih muram terjadi di pasar uang, dengan nilai tukar Rupiah kembali melorot sangat tajam. Kemerosotan Rupiah kali ini sangat sulit dihindari di tengah sentimen global yang sedang melonjak Kan Indeks Dolar AS. Sebagaimana disebutkan sebelumnya, Dolar AS yang kembali diburu menyusul sentimen rilis data ketenaga kerjaan terkini yang sangat mengesankan pada akhir pekan lalu.

Aksi memburu Dolar AS dengan sendirinya meruntuhkan dalam rentang tajam seluruh mata uang utama dunia. Penurunan mata uang utama dunia tersebut kemudian bertahan hingga sesi perdagangan siang ini di Asia. Mata uang Euro Poundsterling dan Dolar Australia terpantau telah mulai menembus ke bawah level psikologis barunya masing-masing di:1,1000, 1,3200 dan 0,6900.

Situasi tersebut kemudian dengan cepat menjalar hingga mata uang Asia. Pantauan memperlihatkan, sejumlah besar mata uang Asia yang rontok hingga siang ini. Mata uang Asia tercatat masih menyisakan Dolar Hong Kong, Dolar Singapura, dan Rupee India yang masih berupaya bertahan di zona penguatan tipis namun rentan untuk terdampar di zona merah.

Sedangkan mata uang Asia lainnya, termasuk Rupiah, telah terperosok dalam kurang pelemahan. Hingga ulasan ini disunting, Rupiah tercatat diperdagangkan di kisaran Rp15.664 per Dolar AS setelah terhajar koreksi besar sebesar 1,2 persen. Rilis data cadangan devisa terlihat tak mampu menahan Rupiah dari koreksi curam. Pelemahan terburuk mata uang Asia kali ini mendera Ringgit Malaysia yang ambruk hingga 1,3 persen.
EDITOR: ADE MULYANA

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA