Tiadanya suntikan sentimen domestik yang positif membuat pelaku pasar di Jakarta kesulitan untuk sekedar menahan IHSG dari keruntuhan lebih dalam. Terlebih, jalannya sesi perdagangan di bursa global yang melingkupinya cenderung bernada pesimis. Bahkan laporan terkini dari sesi awal perdagangan di Eropa memperlihatkan gerak suram yang tak terbantahkan. Seluruh Indeks di bursa utama Eropa seragam menjejak zona merah dalam kisaran yang bervariasi.
Sentimen dari eskalasi perang di kawasan Timur Tengah menjadi sumber kekhawatiran dan sikap pesimis pelaku pasar. Serangkaian laporan sebelumnya menyebutkan, spekulasi yang berkembang liar terkait aksi balasan Israel yang mungkin menargetkan pertambangan minyak Iran.
Sementara gerak Indeks yang mixed di Asia lebih disokong oleh sentimen domestik, seperti yang terjadi pada indeks Nikkei. Sebagaimana dilaporkan sebelumnya, lonjakan tajam Indeks Nikkei yang dilatari oleh pernyataan Perdana Meteri baru Jepang, Shigeru Ishiba yang mendorong pemindahan penaikkan suku bunga oleh Bank Sentral Jepang, BoJ.
Indeks Nikkei kemudian menutup sesi dengan melambung tajam 1,97 persen di 38.552,06 setelah sempat melonjak lebih curam hingga di atas 2 persen. Kinerja positif Indeks Nikkei terkesan kontras dengan Indeks ASX200 (Australia) yang harus menutup sesi dengan naik sangat tipis 0,09 persen di 8.205,2. Pantauan menunjukkan, Indeks ASX200 yang berulangkali terdampar di zona penurunan tipis namun mampu beralih positif. Laporan juga menyebutkan, rilis neraca dagang terkini Australia yang mengesankan dengan membukukan kenaikan surplus, tak mampu mengangkat Indeks ASX200 lebih signifikan.
Pantauan menunjukkan, gerak Indeks ASX200 yang konsisten berada di rentang sempit di sepanjang sesi. Kinerja kurang bersahabat juga diperlihatkan IHSG di Jakarta. IHSG menutup sesi dengan turun moderat 0,26 persen di 7.543,82.
Laporan lebih lanjut dari jalannya sesi perdagangan kali ini menunjukkan, gerak harga saham produsen semen terbesar nasional, PT Semen Indonesia yang kembali mampu membukukan lonjakan tajam. Saham berkode SMGR itu tercatat telah tiga hari terakhir secara beruntun membukukan lonjakan signifikan. SMGR menutup sesi hari ini dengan melompat kokoh 3,58 persen. dengan menginjak posisi Rp4.040.
Sementara kinerja saham unggulan lain yang masuk dalam jajaran teraktif ditransaksikan terlihat masih sulit bangkit dari zona merah, seperti: BBRI, ICBP, TLKM, BBCA, ADRO, UNTR serta UNVR. Saham unggulan tercatat menyisakan BMRI, ASII, BBNI dan HRUM yang mampu bertahan hijau.
Rupiah Terseret PoundsterlingKinerja IHSG yang mulai mampu mengikis kemerosotan, tidak sejalan dengan pantauan di pasar uang. Nilai tukar Rupiah justru semakin terperosok dalam sesi perdagangan sore ini. Pantauan bahkan memperlihatkan, Rupiah yang kini telah menjadi mata uang dengan kinerja pelemahan paling tajam di Asia.
Hingga ulasan ini disunting, Rupiah tercatat ditransaksikan di kisaran Rp 15.415 per Dolar AS alias merosot curam 1,02 persen. Secara keseluruhan, kinerja mata uang Asia terlihat kompak menjejak zona pelemahan dalam rentang bervariasi namun cenderung moderat.
Pelemahan tajam mata uang Asia terlihat terbatas pada trio mata uang ASEAN, yaitu Rupiah, Baht Thailand dan Ringgit Malaysia. Motor dari gerak merosot mata uang Asia masih datang dari sentimen global melemahnya mata uang utama dunia yang dipicu oleh kekhawatiran meluasnya konflik di Timur Tengah. Sentimen terkini lain datang dari Inggris, di mana petinggi bank Sentral Inggris dalam sebuah wawancara, dinilai mensinyalkan penurunan suku bunga. Pernyataan tersebut kemudian menyeret nilai tukar Poundsterling runtuh hingga 1,2 persen sore ini. Keruntuhan tersebut kemudian kian mengukuhkan pelemahan mata uang utama dunia dan juga Asia.
Terkhusus pada Rupiah, sentimen domestik dari rilis data cadangan devisa yang akan dilakukan awal pekan depan, diyakini akan menjadi bekal penting untuk setidaknya menghentikan gerak melemah lebih jauh.
BERITA TERKAIT: