Mengutip data yang dirilis oleh Administrasi Umum Kepabeanan (GAC) pada Rabu (7/8),
CGTN melaporkan bahwa pada periode yang sama, ekspor mencapai 14,26 triliun Yuan (sekitar Rp32 kuadriliun) atau naik 6,7 persen, sementara impor mencapai 10,57 triliun Yuan atau naik 5,4 persen.
Pertumbuhan yang kuat tersebut dikaitkan dengan sejumlah faktor, termasuk permintaan domestik yang kuat, manufaktur yang maju, dan pemulihan perdagangan global.
"Operasi ekonomi China secara umum stabil, dengan perdagangan luar negeri mempertahankan tren positif sejak awal tahun," kata Jurubicara GAC, Lyu Dailiang.
ASEAN tetap menjadi mitra dagang terbesar Tiongkok, dengan volume perdagangan bilateral mencapai 3,92 triliun Yuan dalam tujuh bulan pertama, naik 10,5 persen dari tahun lalu, dan menyumbang 15,8 persen dari total perdagangan luar negeri negara tersebut.
Meskipun ada sengketa perdagangan yang sedang berlangsung menyusul pemberlakuan tarif sementara pada kendaraan listrik China oleh UE, perdagangan antara kedua belah pihak menduduki peringkat kedua dengan 3,22 triliun Yuan, diikuti oleh AS dengan 2,72 triliun Yuan.
Perdagangan barang Tiongkok dengan negara-negara yang berpartisipasi dalam Inisiatif Sabuk dan Jalan juga melonjak 7,1 persen menjadi 11,72 triliun Yuan dalam tujuh bulan pertama.
Produk mekanik dan listrik terus mendominasi ekspor China selama periode tersebut, menyumbang hampir 60 persen dari total pendapatan.
Pada Juli, perdagangan luar negeri negara itu mencapai 3,68 triliun yuan, peningkatan tahun-ke-tahun sebesar 6,5 persen.
BERITA TERKAIT: