Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Banyak Impor Tekstil dari China, Ketua Kadin Curiga Ada Oknum yang Bermain

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/alifia-dwi-ramandhita-1'>ALIFIA DWI RAMANDHITA</a>
LAPORAN: ALIFIA DWI RAMANDHITA
  • Rabu, 26 Juni 2024, 15:08 WIB
Banyak Impor Tekstil dari China, Ketua Kadin Curiga Ada Oknum yang Bermain
Ilustrasi/Net
rmol news logo Menurunnya kinerja industri tekstil di Indonesia dicurigai terjadi karena adanya oknum yang memanfaatkan impor barang secara tidak terkendali.

Hal tersebut dikatakan Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Arsjad Rasjid, saat menyoroti industri tekstil yang kian menurun di dalam negeri.

"Pertanyaan yang mendasar kenapa industri tekstil kita menurun? Tapi juga pertanyaan bagaimana dengan impor-impor yang ada? Bagaimana pembatasan daripada impor? Karena jangan sampai barang dari negara tertentu bebas masuk, karena oknum-oknum tertentu akibatnya yang larinya kepada industri tekstil misalnya yang juga sangat rentan," kata Arsjad di Jakarta, dikutip Rabu (26/6).

Arsjad menilai praktik impor yang disalahgunakan oleh oknum telah menyebabkan persaingan yang tidak sehat bagi industri tersebut.

Menurutnya, hal ini tidak hanya merugikan pabrik-pabrik besar, melainkan juga merugikan industri rumahan (home industry) dan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang bergerak di sektor tekstil.

"Karena sekarang dalam konteks tekstil kan bukan hanya di pabriknya, tetapi juga adanya home industry. Yang di mana itu adalah banyak teman-teman, saudara kita UMKM. Jadi, di sinilah memang balik lagi. Kalau ditanya Indonesia, fundamentalnya baik-baik saja. Tapi keadaan dunia tidak baik-baik saja," tegasnya.

Pernyataan Ketua Kadin ini dikeluarkan setelah Konfederasi Serikat Pekerja Nusantara (KSPN) mengungkapkan ada sekitar 13.800 buruh tekstil yang telah diPHK dari awal tahun 2024 hingga awal Juni 2024 imbas dari menyusutnya penjualan, dan tutupnya pabrik-pabrik tekstil, seperti grup Sritex.

Direktur Keuangan PT Sri Rejeki Isman (Sritex) Weilly Salam pun mengakui soal kondisi sulit yang dialami perusahaannya, dan menyebut industri tekstil tidak baik-baik saja, akibat geopolitik dan banjir barang murah dari China.

"Kondisi geopolitik perang Rusia-Ukraina serta Israel-Palestina menyebabkan terjadinya gangguan supply chain dan penurunan ekspor karena terjadi pergeseran prioritas oleh masyarakat di Eropa maupun AS," tuturnya melalui keterangan resmi di keterbukaan informasi BEI, Sabtu (22/6).

Dalam kondisi sulit itu, Indonesia, kata Weilly malah kebanjiran produk tekstil di China. Weilly menyebut situasi geopolitik dan gempuran produk China masih berlangsung, yang menyebabkan penjualan belum pulih. rmol news logo article
EDITOR: RENI ERINA

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA