Padahal, Ketua Umum Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI) Redma Gita Wirawasta mengatakan, penyebab banyak pabrik tutup adalah serbuan tekstil impor.
Hal ini, kata Redma, tak lepas dari relaksasi impor yang dilakukan pemerintah. Dia juga menyoroti kinerja Bea Cukai yang dianggap buruk dalam pengawasan.
"Kinerja buruk dari Direktorat Jendral Bea dan Cukai Kementerian Keuangan adalah salah satu penyebab utama badai PHK dan penutupan sejumlah perusahaan dalam 2 tahun terakhir," kata dia.
Namun, Askolani membantah dan buang badan. Ia berkilah, hal itu bukan karena Bea Cukai melainkan disebabkan permintaan global yang menurun.
"Bea Cukai tidak ada membuat aturan, yang buat aturan itu kementerian," kata Askolani di Jakarta, Jumat, (21/6).
Pelemahan ini, lebih lanjut Askolani mengatakan, sudah terjadi sejak sejak tahun lalu.
"Kalau kita lihat ekspornya banyak menghadapi tantangan di AS, Eropa, Jepang, Cina permintaannya turun," katanya.
Oleh karena itu, menurut dia, permasalahan yang dihadapi industri tekstil dalam negeri bukan masalah teknis. Namun, kondisi perekonomian dunia yang terganggu.
"Ini bukan soal teknis, soal dunia memang terganggu, dan itu juga kalau kita lihat termasuk sepatu," kata dia.
BERITA TERKAIT: