Eksistensi para pengrajinnya pun cukup diacungi jempol kendati sempat terpuruk saat masa pandemi Covid-19 melanda dunia termasuk Indonesia.
Namun mahakarya seni goresan tinta batik ini tak pernah luntur terhempas zaman dan perlahan bangkit kembali.
Halnya kelompok kecil produsen Batik Kembang Sambiloto yang dipimpin Tatik asal Bojonegoro, produknya sempat terbang menuju Aljazair.
Bahkan, Kelompok Batik Kembang Sambiloto yang merupakan salah satu binaan Regional 4 Subholding Upstream Pertamina ini dijadikan sebagai sentra edukasi batik di Bojonegoro.
Ketua Kelompok Batik Kembang Sambiloto Bojonegoro, Tatik mengatakan di bulan ini pihaknya menerima order sekitar 100 lembar kain batik.
"Alhamdulillah mulai bulan April hingga Mei 2024 kemarin kita dapat order lumayan jumlahnya. Dan itu pun berkat binaan dari pihak Pertamina dengan bentuk permodalan berupa bahan, peralatan hingga pengembangan skill,” tutur Tatik dikutip
Kantor Berita RMOLJatim, Senin (3/6).
“Kita mengawali dua bulan untuk belajar membatik dengan modal sendiri hingga dibawa oleh Pertamina menuju Aljazair tapi belum ekspor skala besar," tambahnya.
Dia menjelaskan, usaha batiknya tersebut sempat terhenti lantaran pandemi Covid-19 hingga 2 tahun.
"Ya mau gimana lagi, saat ada pandemi itu kita bubar selama dua tahun. Dan kain yang sudah kita beli itu kita jual dan bahkan kita bagikan ke sesama anggota. Tapi Alhamdulillah usai Covid-19 mereda, Pertamina mengajak kita bekerja sama dan bersinergi," ungkap Tatik.
Terkait modal awal, Tatik mengatakan bahwa dirinya merogoh kocek sendiri hingga Rp2 juta.
"Dengan modal Rp2 juta itu kita kumpulkan ibu-ibu dengan membentuk Kelompok Batik Kembang Sambiloto. Awalnya usaha bisnis batik jadi sampingan ibu-ibu, namun kini seperti pekerjaan utama sebab order kian menumpuk," jelasnya.
Untuk pemesanan rata-rata setiap bulannya, Kelompok Batik Kembang Sambiloto ini menerima pesanan 50 lembar kain. Bahkan, omzet yang dicapai rata-rata Rp10 juta perbulannya.
"Ya kebanyakan pesanan itu dari perkantoran. Sebagian kecil dari sekolah. Untuk sistem penjualan, kita pasarkan sistem online lewat WhatsApp, Instagram hingga Tiktok," urai Tatik.
Harga batik untuk anak sekolah, kelompok batik tersebut membanderol sekitar Rp85-90 ribu. Dan untuk batik lain dibanderol maksimal hingga mencapai Rp160 ribu di setiap lembarnya.
Jenis varian motifnya antara lain Wonocolo, Bendungan gerak, Temul, Sambiloto, Negeri di atas angin. dan yang terlaris dengan motif kombinasi.
Sebagai informasi, sembilan desain Batik Kembang Sambiloto kini sudah tersertifikasi dengan hak paten. Sedangkan untuk saat ini anggota kelompok Batik Kembang Sambiloto ditenagai 13 orang.
Assistant Manager Communications Relations Regional 4 Subholding Upstream Pertamina, Widya Gustiani menuturkan Kelompok Batik Kembang Sambiloto Bojonegoro memang memulai dari nol bergerak dari kelompok kecil hingga saat ini menjadi berkembang.
"Kami dari Regional 4 ini membantu mereka dengan mengupdate dengan teknik membatik dengan motif lebih kreatif dan baru. Selain itu, mendorong mereka berkreasi. dan kini sudah mematenkan beberapa motif batik Kembang Sambiloto tersebut," ungkap Widya.
Dia menambahkan, selain edukasi dan
skill, pihaknya juga memberi pelatihan
digital marketing, packaging hingga
public speaking untuk dijadikan modal pemasarannya.
"Selain bekal skill tersebut, Batik Kembang Sambiloto ini kita jadikan pusat edukasi batik di Bojonegoro sebagai penguatan karakter," imbuhnya.
Untuk mengukur kualitas dari kelompok batik tersebut, lanjut Widya, pihaknya memberi patokan atau target maksimal 5 tahun mampu mandiri.
"Yang dimaksud sudah mandiri ini artinya matang dalam pelaksanaan administrasi, manajemen, operasional dan sistem penjualannya, dan itu pun lepas dari binaan dan bantuan dari kita. Dan yang terpenting adalah kelembagaan atau organisasinya agar mapan," urai Widya.
Menurutnya, terkait kebermanfaatan, kelompok ini harus mengusung manfaat meningkat untuk masyarakat sekitar. Apalagi saat ini Kelompok Batik Kembang Sambiloto ini sudah mengajarkan kepada anak-anak sekolah.
"Ke depannya, kami berharap mereka membuat buku batik sebagai masterpiece karya mereka. Poin terpenting, batik ini menuju arah
eco friendly yang ramah lingkungan, misalnya terkait limbah atau bahkan mampu mengembangkan batik dengan menggunakan tinta alami," pungkas Widya.
BERITA TERKAIT: