Cadangan tersebut turun sekitar 4,2 miliar dolar AS (Rp67 triliun) dibandingkan cadangan pada Maret lalu sebesar 140,4 miliar dolar AS.
Bank Indonesia (BI) dalam keterangannya pada Rabu (8/5) menjelaskan bahwa penurunan tersebut dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah.
Selain itu, penurunan cadangan devisa juga dipicu kebutuhan stabilisasi nilai tukar rupiah, seiring dengan peningkatan ketidakpastian pasar keuangan global yang juga ikut mengikis devisa negara.
Meski demikian, BI menegaskan bahwa cadangan devisa aman, karena nilai tersebut masih setara dengan pembiayaan 6 bulan impor.
Cadangan tersebut juga dinilai berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor, dan masih cukup untuk pembayaran utang luar negeri pemerintah.
"Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,1 bulan impor atau 6,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah," kata Direktur Departemen Komunikasi BI Fadjar Majardi dalam keterangan resmi, dikutip Kamis (9/5).
Cadangan devisa ke depan, kata Fadjar diyakini akan tetap memadai, yang didukung oleh stabilitas dan prospek ekonomi nasional yang terjaga.
BERITA TERKAIT: