Laporan tersebut diungkapkan asosiasi industri keuangan global, Institute of International Finance (IIF), dengan mengatakan utang itu telah mencapai rekor tertinggi baru.
Mengutip
Reuters, Jumat (23/2), IIF mengatakan utang tersebut telah meningkat lebih dari 15 triliun dolar, atau senilai Rp234.120 triliun, dibandingkan kuartal terakhir di 2023.
Berdasarkan laporan IIF, sekitar 55 persen dari utang tersebut berasal dari Amerika Serikat, Prancis, dan Jerman.
Meski demikian, rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional di beberapa negara maju terpantau telah menurun sebanyak 2 poin dengan persentase hampir 330 persen di 2023.
Hal tersebut menandakan adanya pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat dengan lebih cepatnya pertumbuhan PDB dibanding akumulasi utang baru.
Sementara itu, di beberapa negara berkembang lainnya, seperti India, China, Rusia, Malaysia, dan Afrika Selatan terdapat masalah, karena negara itu dilaporkan mengalami peningkatan rasio utang.
Sejumlah negara itu diketahui juga mengalami pertumbuhan ekonomi yang jauh lebih lambat dibanding tingkat utangnya.
Hal tersebut telah menambah panjang daftar tantangan utang global karena menurunnya kemampuan negara tersebut untuk membayar utang di masa depan.
BERITA TERKAIT: