Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Luhut: Harga Komoditas Naik Turun, Tom Lembong Harus Lihat Data Jangka Panjang

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Kamis, 25 Januari 2024, 15:18 WIB
Luhut: Harga Komoditas Naik Turun, Tom Lembong Harus Lihat Data Jangka Panjang
Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan/Net
rmol news logo Harga nikel Indonesia yang anjlok gara-gara hilirisasi mendapat tanggapan serius dari Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan.

Melalui akun Instagram pribadinya, ia mengomentari kritikan Co-Captain Tim Nasional Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (Amin), Tom Lembong, terkait harga nikel yang melorot tajam, yang menurut Luhut pernyataan itu tidak berdasarkan data.

Menurut Luhut, Tom Lembong perlu melihat data panjang 10 tahun terakhir.

"Anda kan pebisnis juga. Siklus komoditi itu naik turun, apakah itu batu bara, nikel, timah, emas, apa saja," ucap Luhut dalam unggahannya.

Luhut memaparkan bahwa harga nikel saat ini lebih baik dibanding sebelum pemerintah menjalankan hilirisasi.

"Selama 10 tahun terakhir, sejak 2014, rata-rata harga nikel dunia adalah 15 ribu dolar AS. Bahkan pada periode 2014-2019, periode hilirisasi mulai kita lakukan, harga rata-rata nikel itu hanya 12 ribu dolar AS," terang Luhut.

Ia pun mengeluhkan pernyataan Tom Lembong yang menurutnya dapat meragukan intelektualnya sendiri.

Mengenai harga nikel yang turun, Luhut memiliki pembelaan. Ia menjelaskan bahwa harga nikel yang terlalu tinggi justru sangat berbahaya.

Dia mencontohkan dari kasus Cobalt yang selama tiga tahun harganya sempat tinggi, hingga membuat orang mencari alternatif bahan baku baterai lain.

"Itu salah satu pemicu lahirnya baterai lithium ferro phosphate (LFP). Jadi ini (nikel) kalau kita bikin harganya ketinggian, orang akan cari alternatif lain, teknologi berkembang sangat cepat, oleh karena itu kita mencari keseimbangan dengan benar," papar Luhut.

Saat ini pemerintah tengah mengembangkan baterai LFP bekerja sama dengan China. Nikel Indonesia masih akan terus dibutuhkan sampai beberapa belas tahun mendatang. Luhut kemudian menegaskan bahwa di tengah ketidakpastian ekonomi global, ekonomi Indonesia masih terus terjaga. Berkat hilirisasi, kata Luhut, ekonomi di Indonesia masih terjaga di angka 5 persen.

"Pernah kita inflasi di bawah 3 persen? Kan baru sekarang. Pernah 44 bulan kita surplus ekspor? Kan baru sekarang, apa itu (faktornya)? Ya, hilirisasi," ujar Luhut.

"Jadi, downstreaming (hilirisasi) kita akan membuat Indonesia lebih bagus," papar Luhut.

Tom Lembong dalam pernyataannya di sebuah podcast membicarakan soal masa depan cadangan nikel di Indonesia. Dalam pernyataannya, dia mengatakan bahwa harga nikel global telah mengalami penurunan sekitar 30 persen dalam waktu setahun terakhir. rmol news logo article
EDITOR: RENI ERINA

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA